|
BANJARNEGARA-Sejumlah pengungsi korban longsor Dusun Gunungraja, Desa Sijeruk, Kecamatan Banjarmangu, Banjarnegara, yang saat ini ditampung di SDN Sijeruk dan rumah penduduk, mulai terserang penyakit. Berdasarkan data di Posko Kesehatan yang digelar oleh RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta di kompleks SDN Sijeruk, sejak hari kedua bencana, warga yang berobat ke posko tersebut berkisar antara 40-50 pengungsi setiap hari. Menurut Koordinator Posko Dr Zamroni, mereka kebanyakan mengeluh pusing, demam, batuk, dan flu. Belakangan ini, kata dia, mulai banyak yang terserang diare. ''Banyak faktor yang menyebabkan mereka sakit. Bisa karena sanitasi lingkungan yang buruk dan kurang istirahat. Juga bisa karena mereka tidak terbiasa tidur hanya beralaskan tikar dan karpet dalam cuaca yang dingin saat hujan. Batuk dan flu juga mudah sekali menular dalam keadaan seperti ini,'' katanya. Untuk melayani kesehatan pengungsi di kompleks SDN Sijeruk yang berjumah 200 orang, dan juga di tempat lain, pihaknya bekerja sama dengan Posko Dinas Kesehatan Kabupaten Banjarnegara. Demikian juga ketika terjadi kekurangan obat-obatan yang banyak diperlukan pengungsi. ''Setiap hari tim kami keliling ke tempat pengungsian untuk mengontrol kesehatan. Selain banyak juga yang datang ke posko untuk sekadar minta cek kesehatan saja,'' lanjut dia. Mengenai sanitasi lingkungan, dia menekankan perlunya tim kebersihan MCK, halaman lokasi pengungsi, dan ruangan tidur pengungsi. Kebersihan di tiga tempat itu masih sangat kurang hingga potensial sekali menjadi penyebab sejumlah penyakit. MCK misalnya, yang jumlahnya hanya enam oleh pengungsi digunakan untuk mandi, cuci baju dan buang air besar secara bersama-sama. Jika kebersihannya tak segera ditingkatkan, dia khawatir tempat itu jadi sarang penyakit. ''Posko kesehatan ini akan terus melayani mereka sampai dengan tiga bulan ke depan. Demikian juga saat mereka dipindah ke penampungan sementara, kami akan terus menyertainya,'' katanya. Mengenai peralatan kesehatan, dia menyatakan masih kekurangan timbangan berat badan dan pengukur tinggi badan. Kedua alat itu, kata dia, penting untuk mengontrol pertumbuhan badan dan kesehatan pengungsi, terutama anak-anak. Sebab, deteksi awal kondisi pengungsi bisa juga diketahui dari kondisi berat badannya. Penampungan Ketua PMI Pusat Mar'ie Muhammad didampingi Pj Ketua PMI Jateng Sasongko Tedjo yang mengunjungi pengungsi kemarin, menyatakan ada tiga hal yang harus diperhatikan Pemkab Banjarnegara dalam merelokasi pengungsi ke tempat yang permanen. Pertama, mata pencaharian warga setempat. Kedua, keadaan masyarakatnya yang homogen. Dan ketiga, kepemilikan tanah untuk warga. Jika ketiga hal tersebut telah jelas, maka relokasi permanen diperkirakan tidak akan banyak masalah. Mengenai penampungan sementara, Mar'ie mengharuskan Pemkab menyiapkan sarana dan prasarana tempat tersebut dengan matang. Baik sarana transportasi jalan, listrik, maupun posko kesehatannya. Jangan terburu waktu, sebab penampungan sementara adalah tahapan rehabilitasi pengungsi supaya mereka mulai bisa mandiri. Mar'ie menyatakan, berdasarkan ramalan cuaca BMG, pekan keempat bulan ini hingga beberapa bulan ke depan, curah hujan dalam keadaan tinggi-tingginya. Dia menyarankan sejumlah daerah yang tergolong rawan bencana untuk waspada. Sebab, kata dia, di Jawa setidak-tidaknya terdapat 249 kecamatan yang tergolong daerah rawan bencana. Berdasarkan pemantauan Suara Merdeka, sejumlah pekerja tampak mulai memasang tiang listrik menuju lokasi penampungan sementara di lapangan Desa Sijeruk dan tanah warga yang disewa. Lima alat berat dari CV Baru Bangkit Banjarnegara yang terdiri atas tiga ekskavator dan dua loader masih meratakan tanah yang becek karena hujan. Kepala Dinas Pemukiman dan Prasarana Daerah (Diskimprasda) Banjarnegara Suyono menyatakan, pihaknya berusaha semaksimal mungkin untuk menyelesaikan pekerjaan menyiapkan penampungan sementara sesuai dengan rencana. Sebab, pemindahan pengungsi ke penampungan akan dimulai tanggal 17-18 mendatang. Hanya, salah satu hambatannya, cuaca yang kurang bersahabat. Sering hujan deras pada tengah hari sehingga menghambat pekerjaan. Adopsi Anak Wakil Bupati Banjarnegara Hadi Supeno yang juga Ketua Satlak Penanggulangan Bencana dan Pengungsi (PBP) memerintahkan kepada seluruh anggotanya untuk mencegah pihak-pihak tertentu yang akan mengadopsi anak-anak pengungsi. Terutama anak-anak yatim piatu yang orang tuanya menjadi korban bencana tanah longsor. Instruksi ini ditindaklanjuti dengan mengirimkan surat kepada camat dan kepala desa yang ketempatan pengungsi dari Desa Sijeruk. Ketegasan sikap tersebut, kata Hadi Supeno, berkaitan dengan banyak permintaan dari sejumlah pihak untuk mengadopsi anak-anak yang menjadi yatim piatu. Permintaan itu datang baik secara lisan maupun per telepon ke Posko Satlak PBP. ''Meskipun keadaan darurat telah berlalu, kami masih berkonsentrasi dalam masa rehabilitasi korban bencana alam. Di antaranya melayani pengungsi, mempersiapkan penampungan sementara dan relokasi permanen,'' tegasnya. Dia menegaskan, sementara waktu supaya tidak melayani tamu yang berniat akan mengadopsi anak-anak yatim piatu dan anak-anak para pengungsi. ''Mereka sepenuhnya masih menjadi tanggung jawab kami.'' Pendataan dan penelusuran para pengungsi yang tercecer di desa-desa sekitar Sijeruk masih terus dilakukan. Sebab, dikabarkan salah seorang anak dari Gunungraja, Desa Sijeruk, saat ini telah dibawa seseorang ke Kecamatan Sigaluh, Banjarnegara. ''Kami akan telusuri kebenaran informasi tersebut,''katanya. Dari Posko PMI di Desa Sijeruk diperoleh informasi, PMI telah menyediakan Program Pemulihan Hubungan Keluarga (PPHK). Menurut Koordinator PPHK, Norman, program ini untuk menanggapi kebutuhan masyarakat yang ingin menjalin kontak dengan keluarganya yang belum diketahui keberadaannya. Layanan tersebut meliputi penyediaan telepon seluler bagi korban di rumah sakit atau pengungsian, yang ingin menghubungi keluarganya baik yang masih di Indonesia maupun luar negeri. Lama percakapan lima menit. Jika sanak saudara yang dihubungi tidak memiliki telepon dan belum bisa dihubungi, PMI siap menyampaikan kabar secara tertulis kepada mereka. Selanjutnya, jika ingin menghubungi anggota keluarga yang hilang sejak terjadi bencana dan belum mengetahui keberadaannya, warga bisa mendaftarkan permohonan pencarian ke Posko PMI.(mos, G22-14t) Post Date : 13 Januari 2006 |