Pengungsi Tambora Kurang Air Bersih

Sumber:Republika - 30 Juli 2012
Kategori:Air Minum
TAMBORA--Pasokan makanan, minuman, dan obat-obatan di pos pengungsian korban kebakaran di Kampung Janis, Kelurahan Pekojan, Tambora, Jakarta Barat, masih mencukupi. Kendati demikian, pengungsi mengeluhkan minimnya pasokan air bersih dan sandang.
 
Kebakaran di Kampung Janis pada Sabtu (28/7) menghanguskan setidaknya 125 unit rumah. Dua orang anak tewas dan sekitar 1.300 warga kehilangan tempat tinggal.
 
Salah satu korban kebakaran, Sumiyati, mengatakan, pasokan air bersih untuk keperluan mandi dan buang air masih sangat minim. "Kalau mau buang air ke WC yang ada di pasar, tapi airnya kecil, saya dan anak-anak belum mandi dari ke marin," ujarnya, Ahad (29/7).
 
Selain itu, dia menambahkan, bantuan, seperti selimut, tikar, dan bantal, untuk keperluan tidur di ten da pengungsian masih belum ada. Pasokan pakaian bekas pun ma sih belum cukup terpenuhi. 
 
"Dari semalam tidurnya cuma pakai alas dari baliho yang udah ga kepake, baju-baju juga seadanya, masih belum banyak yang ngasih bantuan baju bekas," ujar Sumiyati. 
 
Sumiyati berharap pemerintah memberikan bantuan berupa pasokan air bersih untuk mandi dan buang air. "Kalau kebutuhan makan-minum sudah cukup banyak, yang penting sekarang itu air bersih buat mandi dan buang air," ujarnya.
 
Posko pengungsi korban kebakar an di Kampung Janis dibangun tidak jauh dari lokasi kebakaran.
 
Ada dua tenda besar yang dibangun di sekitar lokasi tersebut. Sementara itu, Kantor Kelurahan Pekojan di gunakan sebagai dapur umum untuk memasak kebutuhan makanan bagi para pengungsi. 
 
Salah satu petugas kesehatan, Fery, mengatakan, sejauh ini keluhan para pengungsi yakni mengalami sakit kepala. "Kebanyakan para pengungsi mengeluh sakit kepala dan pegal-pegal," ujarnya.
 
Saat ini warga mulai membersihkan puing-puing bangunan yang tersisa akibat kebakaran, Sabtu (28/7) petang lalu. Sementara itu, tenda-tenda pengungsian dipenuhi oleh ibu-ibu rumah tangga yang ber istirahat bersama dengan anak- anak mereka. 
 
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta Arfan Arkilie mengatakan, kemungkinan besar terjadinya keba karan di Tambora akibat hubungan arus listrik pendek. "Untuk wilayah Tambora, kami sudah sering sekali melakukan sosialisasi pema - sangan listrik yang sesuai standar, mereka harus bisa melihat bahwa musibah kebakaran ini bisa merugikan banyak pihak," ujar Arfan.
 
Pihak BPBD DKI mencatatkan, dalam paruh pertama 2012 ini tak ku rang dari seratus kebakaran melanda DKI. "Dari Januari sampai April sudah tercatat sebanyak seratus kali kejadian kebakaran di DKI Jakarta," ujar Arfan. 
 
Selain arus pendek listrik, penyebab kebakaran yang paling umum adalah kompor gas yang meledak. Arfan mengatakan, untuk kasus kompor gas yang meledak, kebanyakan masyarakat lalai dalam mema tikan kompor atau mengecek selang penyambung.
 
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat, data hingga 2011, kebakaran perumahan/permukiman di Indonesia sekitar 63 persen disebabkan hubungan pendek arus listrik. Sementara, 10 per sen oleh api dari lampu minyak dan lilin, lima persen dari rokok, satu persen dari kompor. 
 
"Sebagian besar kebakaran terjadi di permukiman padat dengan instalasi jaringan listrik yang tidak memenuhi standar keamanan," ujar Sutopo Purwo Nugroho, kepala pusat Data, Informasi, dan Humas BNPB dalam siaran pers yang diteri ma Ahad (29/7). 
 
Untuk menghindarkan kebakaran di wilayah permukiman, BNPB menyarankan, hindari penggunaan peralatan listrik yang melebihi beban kapasitas meter listrik. Kedua, hin dari pemasangan instalasi listrik de ngan terlalu banyak sambungan di rumah dengan isolasi. Kondisi seperti ini apabila terkena panas listrik mudah memuai dan mengelupas. (c52/andi nur amina, ed:fitriyan zamzami)


Post Date : 30 Juli 2012