SIGLI - Para pengungsi yang masih menempati barak di Kabupaten Pidie mengeluhkan persediaan air bersih yang kondisinya sudah seminggu lebih tidak adanya air layak konsumsi. Fenomena ini, akibat suplai air melalui pipa PDAM sudah dilakukan pemotongan, lantaran pemda setempat tidak lagi menanggung pembayaran air tersebut. Koordinator Barak Keuramat Luar Sigli, Wanto Kapisah (45) kepada Serambi Selasa (4/3) mengakui, sudah seminggu lebih pengungsi di barak kesulitan mendapatkan air, terutama untuk konsumsi sehari hari. Sementara untuk keperluan mandi terpaksa menggunakan air asin dan kerap menumpang pada rumah tetangga. AKami terpaksa mengeluarkan uang setiap hari Rp 5.000 untuk membeli air minum isi ulang,” tutur Wanto yang aktifitasnya sebagai buruh angkat barang di Kota Sigli.
Ia menuturkan, pascatsunami, air yang disuplai melalui pipa PDAM ditanggung pihak NGO selama 12 bulan. Namun, ketika NGO habis kegiatan di Aceh, maka tanggungjawab tersebut dilimpahkan ke pemda setempat.
Tapi, lanjut Wanto, entah bagaimana Pemda juga tidak sanggup membayar lagi, akhirnya ikut ikutan memotong pipa tersebut. AKami tidak tahu harus mengeluh kemana masalah ini, mau meninggalkan barak, sementara rumah belum dibangun,” elus Wanto dengan nada sedih.
Direktur PDAM Sigli, Pidie, Drs Asmadi Ajie kepada Serambi Selasa (4/3) mengatakan, pihaknya terpaksa memotong pipa PDAM tersebut. Lantaran, pihak Pemda Pidie tidak lagi menanggung pembayaran air yang disuplai dari PDAM setempat. AKami terpaksa memutus pipa itu, karena pemda tidak mau membayar lagi,” tegas Asmadi.
Dikatakan, sebelum pemotongan pipa PDAM, para pengungsi sudah dipanggil Bupati Pidie untuk dijelaskan bahwa air yang selama ini dipasok melalui pipa PDAM akan segera berakhir, karena habis masa kontrak. AYa, sebelum dipotong pemda setempat juga telah memberi gratis dua bulan kepada pengungsi barak,” katanya.
Ia menjelaskan, pihak PDAM mau menyuplai air kembali ke barak pengungsi, bila pemda setuju menyambung kontrak pembayaran kepada pihak PDAM. Atau pun pihak lain, seperti BRR yang menurut informasi akan mengatasi masalah ini. Tapi, katanya, kan harus ada perjanjian resmi dari badan tersebut. AInformasi yang kami terima memang BRR akan membantu membayar air terhadap warga barak, namun sampai saat ini kami belum menerima surat kontrak tersebut,” aku Asmadi. (nr)
Post Date : 05 Maret 2008
|