Pengungsi Mulai Kesulitan Air Bersih

Sumber:Kompas - 07 Januari 2008
Kategori:Air Minum
Kudus, Kompas - Warga Desa Tanjungkarang, Kecamatan Jati, Kabupaten Kudus, yang mengungsi di aula Kelenteng Hok Tik Bio hampir sepekan, kesulitan air bersih untuk minum dan memasak. Persediaan minuman mineral dalam kemasan bantuan para donatur sudah habis.

Mulyono (43), penjaga Kelenteng Hok Tik Bio dan Koordinator Posko Banjir Tanjungkarang, Minggu (6/1), mengatakan, sekitar 325 warga Tanjungkarang yang mengungsi mengeluh karena kekurangan air bersih. Pengungsi yang terdiri dari ibu-ibu dan anak-anak terpaksa mengambil air dari brak atau pak PT Djarum Tanjungkarang.

"Sekarang kami merebus air sendiri. Namun, kami kesulitan mencari kayu bakar untuk merebus air secara massal," kata dia.

Tidak hanya warga yang mengungsi saja yang kesulitan air bersih, warga Tanjungkarang yang bertahan tinggal di rumah juga kesulitan air bersih. Meski sumur tidak terendam, banjir memengaruhi kualitas air sumur. Air menjadi berwarna kecoklat-coklatan.

Sriyanti (32), warga RT 03 RW 06, mengatakan, air sumur di rumahnya tidak dapat digunakan lagi karena sudah keruh. Paling- paling air itu digunakan untuk membersihkan peralatan makan dan mencuci baju. "Kami mengambil air bersih di brak PT Djarum. Air itu kami gunakan untuk masak dan membilas baju," ujar dia.

Banjir di Desa Tanjungkarang terjadi Senin (31/1). Banjir yang menggenangi permukiman, jalan raya, dan sawah, itu terjadi karena luapan Sungai Wulan.

Minggu siang, permukiman warga masih tergenang setinggi sekitar 60 sentimeter. Jalan Kudus-Purwodadi juga masih tergenang di empat titik setinggi antara 20-60 sentimeter, namun masih rawan dilewati kendaraan bermotor.

Kondisi itu dimanfaatkan sejumlah warga desa untuk mencari rezeki. Mereka menawarkan jasa angkut kendaraan dengan becak dan gerobak. Sekali angkut mereka mendapat Rp 15.000-Rp 25.000. Mereka juga membuka jasa penitipan sepeda motor. Biaya penitipan itu Rp 2.000 per sepeda motor.

Menurut pengamatan Kompas, sepanjang Minggu, jumlah pengungsi yang sempat mencapai 18.084 jiwa, pada Minggu malam tinggal kurang dari 1.000 jiwa. Lokasi pengungsian terbesar di Gedung Olah Raga atau GOR Wergu Wetan, sudah dalam kondisi kosong, sehingga dikunci dan seluruh posko, sekretariat hingga dapur umum dengan sendirinya juga angkat kaki.

Pengungsi yang tersisa 131 jiwa ditempatkan di kantor Komisi Pemilihan Umum yang terletak di samping kiri GOR Wergu Wetan dan untuk kebutuhan dapur umum dilayani Palang Merah Indonesia.

Sementara seluruh bantuan logistik hingga dapur umum digeser seluruhnya ke Kantor Kecamatan Undaan. Pengaturan bantuan makan dan sebagainya diserahkan kepada 15 kepala desa yang ada di Kecamatan Undaan. (HEN/SUP)



Post Date : 07 Januari 2008