|
SLEMAN--MIOL: Para pengungsi Merapi di Kabupaten Sleman yang tinggal di Balai Desa Umbulharjo mengeluh karena sanitasi sangat buruk. Sudah seminggu lebih septic tank untuk limbah dapur membludak karena penuh. "Sudah seminggu lebih air limbah dapur meluap kemana-mana bahkan sudah masuk ke tenda pengungsi," kata Bambang Sunarto, petugas barak pengungsian Umbulharjo, Selasa (26/5). Menurut Bambang, sebenarnya penampungan tersebut sudah disedot sehari sebelumnya. Tetapi ternyata penyedotan tidak maksimal. Buktinya, sehari sudah penuh lagi. "Pemkab Sleman tidak punya alat penyedot tetapi harus pinjam ke Kotamadya Yogyakarta," katanya. Bambang mengkawatirkan, jika kondisi ini tidak segera diatasi akan memunculkan berbagai penyakit. "Sampai saat ini memang belum terasa akibatnya tetapi saya kawatir kalau tidak segera ditangani akan memunculkan masalah kesehatan serius,? katanya. Di barak Glagaharjo juga sempat mengalami kesulitan masalah Mandi Cuci Kakus (MCK). Karena sebelumnya untuk sektiar 800 pengungsi hanya tersedia 5 MCK. "Tetapi sekarang sudah ditambah menjadi 15 MCK jadi sudah tidak begitu masalah soal sanitasi," kata Sugeng, petugas barak Glagaharjo, Cangkringan, Sleman. Sampai Selasa (27/6), sebagian besar pengungsi masih bertahan di barak. Dari tiga barak yang ada di Kecamatan Cangkringan yakni Balai Desa Umbulharjo, Glagaharjo, dan SMP N 2 Kepuharjo masih terdapat 3.258 pengungsi. Sebagian besar mereka pulang waktu siang dan kembali ke pengungsian pada malam harinya. Sementara itu Tri Winarni, petugas kesehatan pengungsi Merapi mengatakan setiap harinya 10 orang - 15 orang yang harus mendapat perawatan kesehatan. Kebanyakan mereka sakit Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA) dan mata. "Ini karena pengaruh debu vulkanik Merapi," katanya. (AZ/OL-02). Penulis: Amirudin Zuhri Post Date : 27 Juni 2006 |