Jakarta, Kompas - Ribuan pengungsi korban kebakaran di Rawa Bebek, Penjaringan, Jakarta Utara, mengeluh kekurangan air bersih. Pemerintah telah menyediakan WC umum gratis, tetapi pengungsi harus antre panjang. Mereka pun tak punya uang untuk memakai WC umum milik warga.
Patmah (52), salah seorang korban yang mengungsi di kolong Jalan Tol Wiyoto Wiyono, mengaku, yang paling dia rasakan saat ini adalah masalah air bersih, baik untuk mandi maupun untuk minum. ”Anak saya tiga orang. Dari pagi saja saya sudah mengeluarkan Rp 10.000 hanya buat ke WC. Sebenarnya ada juga WC dari pemerintah yang gratis, tetapi antrenya panjang,” kata Patmah di Jakarta, Senin (28/9).
Patmah merasa berat karena saat kebakaran terjadi hanya baju yang dia pakai yang bisa dia selamatkan. Barang lain dan sejumlah uang terbakar semua. ”Uang ini saya dapatkan dari tetangga saya. Saya irit-irit, ternyata habisnya hanya buat ke WC,” kata Patmah.
Sementara itu, Wali Kota Jakarta Utara Bambang Sugiyono mengatakan telah mengirim empat mobil toilet dan posko kesehatan untuk pengungsi. Namun, mobil toilet itu agaknya tidak memadai mengingat jumlah pengungsi cukup banyak.
Kebakaran yang terjadi pada Minggu (27/9) siang itu membuat 5.761 jiwa kehilangan tempat tinggal. Mereka terpaksa mengungsi di sembilan tenda tentara yang disediakan pemerintah. Rinciannya, 3 tenda di rumah susun Tanah Pasir, 5 tenda di depan RW 012 samping tol, dan 1 tenda di Kantor Kelurahan Penjaringan.
Hingga saat ini, selain dari Pemerintah Kota Jakarta Utara, bantuan juga datang dari Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, Palang Merah Indonesia, dan solidaritas warga.
”Setiap hari bantuan makanan siap saji akan langsung diberikan untuk korban kebakaran,” ungkap Bambang Sugiyono, Senin. Makanan siap saji dipilih agar warga tidak perlu lagi memasak.
”Semalam, kami sudah memberikan 3.000 nasi bungkus bagi korban kebakaran di sejumlah titik penampungan. Jadwal pemberian makanan siap saji dilakukan saat siang dan malam hari,” ujar Akmal Towe, Kepala Suku Dinas Sosial Kota Administrasi, Jakarta Utara.
Selain itu, Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara juga telah menyiapkan alat penjernih air yang bisa langsung dikonsumsi korban kebakaran di lokasi penampungan.
Seragam sekolah
Menjelang jadwal masuk sekolah, Kamis (1/10), ratusan siswa korban kebakaran juga khawatir terhadap keperluan sekolah mereka. ”Tidak ada baju seragam, buku-buku, dan alat tulis. Semua habis terbakar,” kata Marlina (11), siswa kelas VI sekolah dasar.
Dahlia (40), salah seorang korban, mengaku resah anaknya tidak boleh masuk sekolah jika tidak mempunyai seragam. ”Sebenarnya anak-anak sudah ada acara akan halalbihalal pada hari pertama sekolah. Akan tetapi, kena kebakaran begini, jangankan halalbihalal, ke sekolah saja tidak bisa,” tutur Dahlia.
Hingga kemarin siang, beberapa warga mulai mengeluh sakit. Mereka stres, pusing, dan batuk- batuk setelah menghirup udara berasap. Beberapa warga telah meminta pengobatan di mobil kesehatan yang sudah disiagakan di lokasi penampungan.
Tim medis dari posko kesehatan di lokasi penampungan telah melayani sekitar 200 orang yang sebagian besar menderita infeksi saluran pernapasan atas, flu, dan sebagainya.
Mengenai status tanah di lokasi kebakaran, Wakil Lurah Penjaringan Indra Helmi mengatakan belum ada rapat koordinasi mengenai rencana ke depan. Namun, dia mengakui, status tanah itu adalah tanah garapan dan kemungkinan warga diperbolehkan membangun lagi asalkan ditata dengan baik. Sementara itu, beberapa warga yang ditanya Kompas mengatakan tidak tahu karena sebagian dari penghuni lokasi itu adalah pengontrak.
Warga mengontrak dengan harga bervariasi. Ada Rp 3 juta setahun, ada yang Rp 150.000 per kamar per bulan, ada juga yang Rp 200.000 per kamar. ”Biasanya yang mahalan, kondisi rumah juga lebih baik. Saya mengontrak Rp 200.000 per bulan karena lantainya sudah dikeramik,” kata Ati (26), yang mengontrak di RT 06 RW 12.
Namun, sebagian warga pesimistis boleh membangun lagi karena ada kemungkinan pemerintah akan mendirikan rumah susun di lokasi bekas kebakaran. ”Rumah susun Tanah Pasir ini juga dibangun setelah kebakaran,” kata Ati. (ARN)
Post Date : 29 September 2009
|