|
Jakarta, kompas - Sampah plastik berupa gelas dan botol yang banyak tersebar di jalan dan mengapung di sungai ternyata mempunyai nilai yang lebih besar apabila diolah menjadi cacahan plastik. Penambahan nilai ini diharapkan dapat meningkatkan pendapatan warga sehingga kualitas hidup mereka meningkat. Untuk mewujudkan hal tersebut, Jakarta Development Watch (Jadewa), sebuah lembaga swadaya masyarakat yang banyak menyoroti pembangunan di Jakarta, menyumbangkan sebuah mesin pencacah botol plastik kepada warga Kampung Tanjung Lengkong, Bidaracina, Jatinegara, Jakarta Timur, Senin (23/4). Jadewa juga telah melatih 40 warga setempat untuk pengoperasiannya. "Satu kilogram botol plastik bekas nilainya hanya Rp 2.500, sementara gelas plastik Rp 3.500. Namun, apabila dicacah nilai sampah plastik ini menjadi Rp 9.000-Rp 10.000 per kilogram, tergantung dari nilai tukar dollar Amerika terhadap rupiah," kata Santoso AS, Ketua Jadewa. Program yang dilakukan bersama Ditjen Pendidikan Luar Sekolah Departemen Pendidikan Nasional ini dijalankan karena banyaknya warga yang tak mempunyai pekerjaan tetap dan hanya mengandalkan hidup dari sampah yang hanyut di Sungai Ciliwung. "Jika tidak ada perubahan ini, hidup mereka juga tidak akan lebih baik," kata Santoso. Pembuatan mesin dan infrastrukturnya ini menelan biaya Rp 30 juta. "Mesinnya sebenarnya modifikasi dari mesin mobil L- 300. Mesin ini kami sambungkan dengan pisau pencacah dan pompa air untuk kemudahan pencacahan," katanya. Dalam delapan jam, mesin pencacah ini bisa mengolah satu ton plastik. Jika setiap hari mesin ini mengolah satu ton plastik, penghasilan warga meningkat menjadi Rp 10 juta sehari. Cacahan plastik ini lalu dijual ke pabrik bijih plastik di kawasan Kapuk, Jakarta Utara. Bijih plastik ini merupakan bahan dasar untuk pembuatan barang-barang plastik dan keperluan lainnya. "Kami berharap, 40 warga yang kami latih pertama tidak hanya menjadi operator mesin, tetapi juga mencari penyerok plastik dan mempromosikan mesin ini sehingga semakin banyak warga yang pendapatannya meningkat," ujarnya menegaskan. (ARN) Post Date : 24 April 2007 |