Pengolahan Pupuk Terbengkalai

Sumber:Kompas - 10 April 2008
Kategori:Sampah Luar Jakarta

Gunung Kidul, Kompas - Bangunan yang rencananya akan digunakan sebagai tempat pengolahan pupuk dari sampah di Tempat Pembuangan Akhir Wukirsari, Gunung Kidul, dibiarkan terbengkalai sejak dibangun pada tahun 1990. Masyarakat, terutama pemulung, hanya menggunakan bangunan tersebut sebagai tempat beristirahat serta meletakkan kertas dan plastik yang akan didaur ulang.

Hingga kini belum ada peruntukan pasti dari lokasi tersebut. "Sejak dibangun, ya dibiarkan begini. Dulu kabarnya akan digunakan untuk mengolah sampah jadi pupuk. Dengan pergantian dari Orde Baru ke pemerintahan saat ini, semakin tidak ada kejelasan alokasinya," tutur warga Dusun Wukirsari, Baleharjo, Wonosari Setu Darmo Suwito (50).

Pada Rabu (9/4), beberapa pemulung memanfaatkan bangunan dengan luas lebih kurang 500 meter persegi itu sebagai tempat berteduh dari terik matahari. Gepokan-gepokan sampah kertas dan plastik diletakkan di antara bak-bak pengolahan pupuk. Sebagian bak pengolahan tersebut dibiarkan kosong dan lainnya digunakan untuk penyimpanan rongsokan.

Setidaknya, ada 48 bak berukuran lebih kurang satu kali dua meter terbuat dari semen yang siap digunakan mengolah pupuk dari sampah. Bak sedalam pinggang orang dewasa ini pun mulai rusak dengan sebagian dindingnya runtuh serta mengelupas. Beberapa lubang pengolahan, bahkan sudah ditimbun dan disemen supaya membentuk permukaan datar.

Masyarakat, lanjut Setu, sempat berharap bisa terlibat dalam pembuatan pupuk itu, apalagi seluruh pemulung di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Wukirsari juga bermatapencaharian sebagai petani. Memulung sampah hanya dilakukan di waktu luang untuk tambahan penghasilan. Jika tiba musim tanam atau panen, pekerjaan memilah sampah pun ditinggalkan.

Samiyem(45) mengaku rata-rata memperoleh enam kilogram plastik dan kertas tiap hari. Sampah plastik dijual Rp 500 per kilogram dan sampah kertas Rp 400 per kilogram. Biasanya, ada mobil truk yang mengambil sampah tersebut untuk didaur ulang di Solo, Jawa Tengah.

TPA Wukirsari dibangun sejak 1980-an. Saat ini, tiap hari ada tujuh mobil sampah yang membuang muatannya di TPA itu. Jumlah pemulung di sana 30 orang. Total luasan TPA mencapai 1,5 hektar, setengah hektar di antaranya masih belum digunakan sebagai pembuangan sampah dan masih diolah sebagai lahan pertanian.

Sampah-sampah ini hanya berasal dari daerah perkotaan di Gunung Kidul, seperti Wonosari, Semin, dan Ngawen. Masyarakat desa biasanya memusnahkan sampahnya dengan dibakar atau ditimbun. "Sampah di sini jarang bisa sampai penuh," tutur Samiyem.

Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Gunung Kidul Eko Subiantoro menambahkan bahwa hingga kini Pemerintah Kabupaten Gunung Kidul masih fokus pada upaya penambahan areal TPA. Direncanakan nantinya, luasan TPA ini akan bertambah menjadi dua hektar.

"Pengolahan sampah baru akan dipikirkan setelah perluasan areal dan penambahan alat-alat berat selesai pada 2009. Saat ini memang masih belum terfokus pada pengolahan," ucapnya. (WKM)



Post Date : 10 April 2008