|
Bandung, Kompas - Penumpukan sampah di Kota Bandung seharusnya dapat menjadi peluang mengoptimalkan distribusi mesin pembakar sampah secara komersial. Namun, berbagai kendala menghambat kesempatan itu, antara lain permodalan, dan belum adanya produksi massal. Demikian disampaikan Vice President Commercial Integration and Business Development PT Dirgantara Indonesia Ina Juniarti di Bandung, Minggu (4/6). Harga satu unit pembakar sampah yang mengadopsi teknologi PT Dirgantara Indonesia (PT DI) dengan kapasitas satu meter kubik sekitar Rp 300 juta. Pembakar dengan kapasitas tiga meter kubik seharga Rp 700 juta per unit. Masa pembuatannya sekitar 1,5 bulan. Jenis setiap pembakar pun terbagi lagi menjadi kelas satu, dua, atau tiga. Semakin tinggi kelasnya semakin besar panas yang dapat ditahan keluar pembakar. Harga tersebut dibandingan dengan produk luar negeri yang sejenis lebih murah 50 persen. Pembakar sampah semacam itu dapat dibuat oleh bengkel-bengkel perusahaan binaan PT DI. Perusahaan tersebut mengadopsi teknologi PT DI melalui program redeployment program. Tenaga pembuat pembakar sampah merupakan mantan karyawan PT DI yang mendapat dukungan, misalnya dalam bentuk jaringan kerja. Terdapat 64 perusahaan binaan PT DI, dan hanya satu yang khusus mengembangkan dan membuat pembakar sampah. "Belum produksi massal, sih. Minimnya ketersediaan modal juga masalah. Kalau bisa, pengusaha dan pemerintah mendukung agar harga bisa lebih murah," kata Ina. Seandainya dapat diproduksi massal, harga pembakar berkapasitas tiga meter kubik bisa ditekan hingga sekitar Rp 500 juta per unit. Bila ada konsumen yang memesan, uang sebesar 80 persen dari harga pembakar sampah harus dibayar di muka. Sistem pembayaran ini memberatkan bagi calon pembeli. Pembakar sampah yang memenuhi standar internasional dapat mencapai suhu 1.200 derajat Celcius. Sementara produk dalam negeri yang sejenis hanya mencapai 300 derajat Celcius, dengan harga lebih murah, sekitar Rp 50 juta per unit. "Tetapi kita kan menggunakan standar internasional. Kita berikan konsultasi bila ada masalah dengan pembakar sampah," katanya. Setiap mesin dapat membakar sampah hingga menjadi abu dalam waktu satu jam. Hasil pembakaran menjadi hanya lima persen dari berat sebelum dimasukkan dalam mesin. Kelebihan lain, tidak ada polusi. Dan, sampah kering serta basah dapat dibakar langsung bersama-sama. Limbah berbahaya seperti jarum suntik akan meleleh. Menurut Ina, pembakar sampah tersebut pernah diperlihatkan kepada Pemerintah Kota dan Kabupaten Bandung, Kota Cimahi, serta Provinsi Jabar. Pembakar yang ditunjukkan berkapasitas satu meter kubik. Kepala Bagian Humas Pemerintah Provinsi Jawa Barat Yanto Subiyanto mengatakan, pembakar sampah itu belum diputuskan untuk dibeli. Sebuah pembakar sampah, sejak dua minggu lalu diletakkan di Kota Cimahi untuk uji coba. Yanto tidak mengetahui dengan pasti sampai kapan batas waktunya. Setelah beberapa bulan, pemerintah daerah masing-masing akan memutuskan untuk membeli atau tidak. (bay) Post Date : 05 Juni 2006 |