|
TEMANGGUNG - Penggolongan kategori pelanggan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) di Temanggung diperkirakan belum mencerminkan rasa keadilan masyarakat. Banyak pelanggan yang status ekonominya merupakan golongan menengah ke atas tetapi dalam masalah tarif pembayaran air tetap disamakan dengan mereka yang status ekonominya rendah. ''Hal tersebut terjadi karena penggolongan yang berlaku saat ini masih menggunakan acuan kategori penggolongan yang dilakukan lebih kurang dua periode (delapan tahun) lalu,'' ungkap Ir Sugihartoyo, Direktur Utama (Dirut) PDAM Temanggung, baru-baru ini. Menurut pendapat dia, penggolongan tersebut sudah tidak aktual lagi. Sebab, mereka yang ketika dahulu didata masih berada di golongan bawah kini telah meningkat status ekonominya terutama penduduk di daerah perkotaan. Dia mencontohkan, penduduk yang dahulu masih menempati rumah ukuran 4 x 5 meter ternyata sekarang kondisi rumahnya telah meningkat. Padahal, penggolongan tersebut berpengaruh dalam hal tarif air yang harus dibayar oleh pelanggan. Meskipun relatif kecil perbedaan tarif antara golongan satu dan golongan lain, bila kemudian per pelanggan dikumpulkan dan dikalkulasi maka perbedaannya akan cukup signifikan. ''Misalnya untuk golongan A (rumah ukuran 4 x 5 meter ke bawah) tarifnya Rp 11.000/20 kubik air sedangkan golongan B (rumah ukuran 4 x 5 meter ke atas) tarifnya 13.000/20 kubik air, selisihnya memang tidak terlampau jauh,'' papar Ir Suhartoyo yang memangku jabatannya tersebut baru sekitar tiga bulan itu. Penggolongan yang kurang sesuai tersebut, ujarnya, jika dibiarkan dan tidak segera dibenahi mengakibatkan subsidi silang dalam pengelolaan air tidak dapat diterapkan dengan baik. Tujuannya adalah agar pelanggan yang mampu menyubsidi pelanggan yang kurang mampu. Biaya operasional PDAM yang sekarang terus meningkat itu sebagian besar mengandalkan pembayaran tarif dari pelanggan. Sementara itu, PDAM juga senantiasa dituntut meningkatkan pelayanan baik kualitas maupun kuantitas pelanggan yang harus dijangkaunya. Dia menampik pula anggapan, dengan mudahnya mendapatkan sumber air di sebagian daerah pegunungan Temanggung kemudian menjadikan biayanya murah. Karena semudah apa pun, ujarnya, untuk mengalirkan air itu perlu biaya operasional, biaya perawatan, serta penggantian alat-alat yang telah usang. ''Sekarang ini tarif air di Kabupaten Temanggung memang paling murah dibandingkan dengan Kabupaten lain di wilayah PDAM Korwil Kedu,'' ucapnya. Di samping akan membenahi masalah penggolongan pelanggan, pihaknya juga akan melaksanakan program-program lain. Program tersebut antara lain akan membenahi gambar-gambar rangkaian jaringan aliran air yang tidak sesuai lagi dengan kenyataan di lapangan. Sebab, rangkaian itu telah berubah namun gambarnya tidak ikut diubah. Demikian pula beberapa alat ukur debit air, di beberapa sumber air tidak lagi dapat berfungsi dengan baik. Akibatnya, jumlah debit air sering kali tidak dapat diprediksi dengan akurat. Padahal, data-data ini penting dalam upaya memberikan kepuasan pelayanan pada pelanggan. (hsf-39j) Post Date : 20 Juli 2005 |