|
KELOMPOK Warga Yoga Kinasih (Yokin), Peduku-han Kepek Desa/Kecamatan Pengasih Kabupaten Kulonprogo, optimis mesin penggilingan sampah plastik yang mereka miliki merupakan peluang bisnis yang cukup menjanjikan. Hal itu mengingat saat ini perabotan rumah tangga maupun alat-alat lain yang dipakai masyarakat kebanyakan berasal dari bahan baku plastik. Untuk mendapatkan bahan baku sampah plastik, kita tidak merasa kesulitan. Bahkan adanya mesin penggilingan ini akan mendukung kebersihan lingkungan, kata Ketua Lembaga Keuangan Mikro Hadi Subroto didampingi Ketua Kelompok Warga Yokin, Sukardjana BA kepada KR di sela-sela pengoperasian perdana penggilingan sampah plastik, baru-baru ini. Namun demikian pihaknya mengakui jika hasil produksi mesin penggilingan sampah tersebut dinilai belum bisa maksimal karena keterbatasan tenaga operasionalnya. Mesin ini sebenarnya mampu menggiling sampah plastik 2 ton perhari. Tetapi karena tenaga yang kita miliki masih sangat terbatas, maka untuk sementara kita hanya mampu memproduksi 8 kuintal perhari, tambahnya. Di samping memiliki peluang bisnis, mesin penggilingan sampah plastik tersebut dapat meningkatkan kebersihan lingkungan. Karena dengan dioperasikannya mesin penggilingan ini akan mengurangi kekumuhan lingkungan, dimana para pencari sampah tidak akan menyia-nyiakan sampah plastik untuk dikumpulkan, kemudian dijual kepada kami, jelas Hadi Subroto. Sistem kerja mesin ini sangat sederhana, yaitu sampah plastik yang sudah ditampung di lokasi penggilingan dimasukkan ke dalam mesin. Kemudian sampah plastik yang dimasukkan tadi akan keluar berbentuk rajangan kecil-kecil lalu dijemur hingga kering, ungkap Hadi Subroto seraya menandaskan, setelah kering rajangan sampah plastik tadi siap untuk dijual. Diakui bahwa mesin penggilingan sampah yang dikelola Kelompok Warga Yoga Kinasih dibawah binaan Yayasan Keluarga Bangun Rukun (Kebaru) Desa Pengasih ini hanya sebatas menggiling sampah plastik menjadi rajangan. Benar, mesin yang kita miliki ini hanya sebatas menggiling sampah plastik menjadi rajangan plastik, ungkap Sukardjana. Sedangkan proses lebih lanjut untuk menjadi pelet atau biji plastik, harus diolah lagi menjadi alat-alat rumah tangga, yang dilakukan oleh mitra Yokin yang tersebar di Yogya, Semarang, Magelang dan Surabaya. Ketika disinggung masalah ketersediaan sampah plastik yang akan diproduksi, Hadi Subroto mengatakan bahwa untuk mendapatkan bahan baku, pihaknya tidak merasa kesulitan, karena sudah dilakukan kerja sama dengan berbagai pihak terutama kepada para pengumpul sampah. Langkah-langkah kerja sama dengan teman-teman pengumpul sampah termasuk harganya, sudah kita lakukan, katanya. Untuk harga sampah plastik yang masih kotor, pihaknya berani membeli dengan harga Rp 500,- perkilogram. Sedangkan sampah bersih yang sudah dipisah antara tanah dan plastiknya, Yokin berani membeli Rp 800,- perkilonya. Namun tidak dijelaskan harga tersebut apakah untuk semua jenis sampah plastik atau tidak. Karena menurutnya, plastik itu sendiri bermacam-macam, yakni jenis HD, PE, PP dan PVC serta PAC. Dijelaskan, plastik jenis HD berbentuk lembaran, sedangkan PE lemas. PP plastik yang biasa untuk membungkus kartu undangan (kaku), PVC jenis plastik yang lebih keras dari jenis PP seperti botol aqua. Sementara jenis plastik PAC seperti pralon, kursi plastik, ember dan gayung. Plastik jenis ini merupakan plastik klasifikasi sangat keras, ungkap Hadi Subroto. Lebih rinci dikatakan, untuk perbandingan hasil produksi dari mesin bermerk Cruser tersebut tergantung pada jenis sampah itu sendiri. Kalau sampah plastiknya masih kotor, paling hanya 40 persen yang jadi plastik rajangan. Tetapi kalau bersih bisa menjadi 60 persen, tuturnya seraya menambahkan, harga sampah plastik yang sudah diolah menjadi rajangan mencapai Rp 3.000,- per-kilogram. (Asrul Sani)-g Post Date : 16 Agustus 2005 |