|
BANDUNG -- Pengerukan sampah di tempat pembuangan sementara (TPS) Jl Bungur, Kecamatan Sukajadi, membutuhkan waktu yang lebih lama. Pasalnya, tumpukan sampah sudah sangat tinggi sekitar lima meter. Padahal pengangkutan sampah sudah berlangsung selama tiga hari. ''Kemungkinan sampah di TPS Bungur ini selesai diangkut dua hari lagi,'' ujar salah satu petugas PD Kebersihan, Ajang (35 tahun). Ia menjelaskan, pembuangan sampah di TPS Bungur sebanyak 20 rit per hari. Namun karena sampahnya banyak, meski sudah tiga hari diangkut tak kunjung habis. Ajang menjelaskan, sampah tersebut dibuang ke dua TPA yang telah ditunjuk. Yakni TPA Cikubang, Kampung Sasak Saat, Desa Sumur Bandung dan TPA Rajamandala Blok Cigedig, Desa Sarimukti, Kecamatan Cipatat, Kabupaten Bandung. ''Sampahnya sangat banyak, jadi membutuhkan waktu lama untuk mengeruknya,'' ujarnya. Berdasarkan pantauan Republika, tumpukan sampah di TPS Bungur tingginya melebihi bangunan bertingkat dua yang di sebelahnya. Letak TPS tersebut persis di depan ataupun samping rumah warga. Sejumlah warga mengaku sangat terganggu dengan tumpukan sampah itu. Pengerukan sampah di TPS Bungur tidak sebau di TPS Tamansari. Sementara itu menurut Pakar Ekonomi Ekonomi Unpad, Prof Dr Sutyastie Soemitro, menumpuknya sampah di Kota Bandung akan berpengaruh pada sektor pariwisata. Bahkan, kalau masalah sampah itu tidak bisa diselesaikan bisa mengancam usaha yang berkaitan dengan pariwisata seperti restoran. ''Akibat bau sampah itu, pasti akan langsung berpengaruh ke pariwisata. Mengenai kerugian, harus dihitung dulu dengan melihat penurunan jumlah wisatawan,'' ujar Sutyastie pada acara bedah buku, Selasa (30/5). Banyaknya sampah yang menimbulkan bau tak sedap, kata Sutyastie, jelas mempengaruhi usaha restoran yang dekat dengan lokasi sampah. Pasalnya, konsumen yang datang ke restoran menuntut kenyamanan. Ia berharap, Pemkot Bandung segera menyelesaikan persoalan sampah karena kalau dibiarkan terus usaha pariwisata tidak akan bertahan lama. ''Pengunjung yang datang ke Bandung saja sekarang sudah terlihat menurun. Padahal yang menjadi primadona di Bandung usaha restoran dan makanan. Kalau banyak sampah pasti usaha itu tidak akan bertahan lama,'' tutur Sutyastie.(ren/kie ) Post Date : 31 Mei 2006 |