|
JAKARTA -- Sistem yang selama ini dipakai didominasi PU, sehingga tidak memberikan banyak ruang gerak bagi disiplin ilmu lain. Manejemen pengelolaan sungai tidak bisa lagi dilakukan dengan sistem one river one plan management. Namun harus dikelola secara holistik dengan menggunakan sistem daur hidrologi. Demikian dinyatakan Kepala BPLHD DKI Jakarta, Kosasih Wirahadikusumah, kepada Republika, di sela acara penutupan Pandu Lingkungan, Senin, (6/9). Menurut Kosasih, sistem one river one plan management merupakan sistem lama. Sistem itu menjadi konsep penataan kawasan sungai di ibukota sampai periode tahun 2000. Selama ini, kata Kosasih pengendalian banjir DKI selalu ditangani Dinas Pekerjaan Umum (DPU) dengan pendekatan satu sungai, satu manajemen perencanaan. Manajemen ini, kata Kosasih sangat memfokuskan pengendalian banjir pada kawasan daerah aliran sungai (DAS). Solusi yang ditawarkan sangat kental dengan rekayasa teknik sipil atau solusi ke-PU-an berupa rekayasa kecil. ''Bisa saya katakan solusi tersebut sama sekali tidak berorientasi lingkungan,''ujar Kosasih. ''Selama lima puluh tahun lebih, proyek pengendalian banjir Jakarta memang menggunakan manajemen one river one plan,''kata Kosasih. Sistem seperti itu, kata Kosasih, didominasi oleh orang PU, dan tidak memberikan banyak ruang gerak bagi disiplin ilmu lain. Padahal banyak disiplin ilmu lain yang selama ini produknya dipercaya bisa memperbaiki dan mengendalikan banjir ibukota. ''Sekarang tidak ada orang dari kehutanan atau pertanian yang diberi kesempatan ikut menangani banjir Jakarta,''ujarnya. Padahal, kompetensi mereka bisa ikut mengendalikan banjir ibukota. Karena itu, BPLHD bekerja sama dengan Fakultas Kehutanan IPB membentuk MoU penanganan banjir dengan pendekatan daur hidrologi. Dengan sistem ini, pengendalian banjir Jakarta bukan hanya pengelolaan air di DAS tapi sejak keluar dari hulu di hutan, hingga ke laut. ''Bahkan ketika menjadi awan, dan turun berupa hujan, itu juga masuk dalam daur ini,''kata Kosasih. Ia mneyebut manajemen pengendalian banjir secara menyeluruh yang seharusnya menjadi komitmen di DKI. Kalau sepakat menggunakan komitmen seperti itu, maka ada tempat bagi disiplin ilmu lain untuk ikut membantu pengendalian banjir DKI. Untuk penanganan kawasan hutan, akan ada rekayasa kehutanan yang dikuasai oleh mereka yang memang kompeten di bidangnya. Begitu juga ketika masuk ke wilayah lain, seperti area persawahan, urban area, bahkan hingga menjadi awan di langit. ''Jadi pengendalian banjir itu butuh orang dari berbagai disiplin ilmu, dan bukan hanya dominasi PU,''ujarnya. Saat ini, kata Kosasih, penanganan banjir tidak bisa lagi dilakukan hanya dengan mengandalkan teknologi. Karena itu,BPLHD DKI mengajak mahasiswa IPB untuk menangani banjir Jakarta dengan menghijaukan bantaran kali Ciliwung. Mahasiswa ini, kata Kosasih, melakukan sosialisasi dan menggalang potensi untuk membangun hutan sepanjang bantaran sungai Ciliwung menanami pohon buah yang produktif. ''Sebenarnya gerakan penghijauan bantaran sungai Ciliwung sudah dilakukan setahun yang lalu, dengan mahasiswa sebagai ujung tombaknya,''ujar Kosasih. Penghijauan bantaran kali ini, kata Kosasih, bisa mengurangi run off air dari 700 meter per kubik hingga tinggal 400 meter per kubik, atau tinggal setengahnya. ''Artinya, run off airnya terserap oleh akar pohon sepanjang bantaran,''ujarnya. Jika memang akan direalisasikan, selain melibatkan mahasiswa, pemilik otoritas sungai juga akan dilibatkan. ''Tidak perlu ada perubahan kepemilikan lahan, karena ini bukan proyek penggusuran,''ujar Kosasih. Kegiatan ini akan tetap jalan meski ada kegiatan lain di sepanjang bantaran sungai. Saat ini, kata Kosasih, para mahasiswa tengah melakukan survei penetapan rencana perkebunan. Lahan sepanjang bantaran sungai akan dilihat potensi tanaman yang cocok, sehingga bisa menghasilkan. Meski mengaku belum melibatkan DPU untuk pengendalian banjir dengan sistem daur hidrologi, Kosasih merasa yakin, dan optimis DPU akan menyambut baik rencana ini. ''Saya yakin mereka tidak akan menolak, karena ini salah satu program penanganan banjir ibu kota. ''Tujuan kita kan membantu mereka dalam penanganan banjir ibu kota,''ujarnya. Namun, kata Kosasih, tidak semua bantaran sungai akan dihutankan. ''Pengelolaannya nanti segmented berdasar rencana tata ruiangnya,''ujarnya. Nanti akan ada bantaran sungai yang akan menjadi sarana ekowisata, rekreasi, maupun olahraga. Laporan : c02 Post Date : 08 September 2004 |