|
BEKASI--MIOL: Pengelolaan sampah di Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPAS) Bantargebang, Bekasi oleh PT Patriot Bekasi Bangkit (PBB) dinilai amburadul, seiring dengan munculnya berbagai permasalahan termasuk dampak lingkungan. Pengelolaan sampah menggunakan Sanitary Landfill belum dilakukan secara optimal, karena ketebalan tanah yang seharusnya 80 sentimeter hanya sekitar 20 sentimeter, mengakibatkan sebagian sampah tidak tertimbun dan menimbulkan bau busuk, kata Direktur LSM Environment Community Union (ECU), Benny HS, di Bekasi, Senin. Ratusan warga yang bermukim di sekitar kawasan TPA seluas 108 hektare itu terjangkit penyakit sampah antara lain, diare, gatal, radang tenggorokan, batuk dan infeksi saluran pernafasan atas (ISPA), sehingga perlu penanganan serius dari Puskesmas setempat. Sumur-sumur warga di wilayah Kelurahan Ciketing Udik, Cikiwul dan Sumur Batu juga tercemari limbah sampah, tetapi belum ada kepedulian dari instansi berwenang. PT PBB, yang dipercaya Pemkot Bekasi dan Pemprov DKI Jakarta mengelola sampah di kawasan itu hendaknya mampu melaksanakan pekerjaannya secara profesional, kata Benny. Beberapa waktu lalu, ribuan pohon penghijauan di sekitar kawasan TPA Bantargebang habis terbakar akibat persenyawaan gas methan yang keluar dari tumpukan sampah karena pengurukan asal-asalan dengan Nitrogen. Kerusakan lingkungan dan timbulnya penyakit di masyarakat akibat sampah, menjadi salah satu tolok ukur bahwa pengelolaan sampah di TPA Bantargebang tidak profesional dan carut marut.(Ant/OL-03) Post Date : 26 September 2005 |