SEMARANG- Gagalnya Kota Semarang memeroleh penghargaan untuk lingkungan, Adipura, pada tahun ini perlu menjadi keprihatinan semua kalangan. Pengamat lingkungan Undip, Prof Sudharto P Hadi MES PhD menyatakan, masalah terpenting yang harus mendapatkan penanganan adalah soal pengelolaan sampah.
’’Sampah harus jadi perhatian serius. Jangankan mengelola sampah organik dan anorganik dengan teknik yang benar, dari sisi pengelolaan sampah di tempat pembuangan akhir (TPA) masih memprihatinkan,’’ kata dia, Kamis (10/6).
Baginya, yang perlu dilakukan adalah menumbuhkan kesadaran soal pentingnya kelola sampah. Sekarang ini, koordinasi antarinstansi sudah tidak solid, budaya bersih di tataran masyarakat belum disadari sepenuhnya. Sebenarnya program kerja bhakti sangatlah bagus, namun terkadang oleh pemerintah kerap diformalkan.
’’Kerja bakti bukan tumbuh dari kesadaran dan budaya bersih ini masih belum menjadi kultur di masyarakat perkotaan seperti Semarang yang notabene sebuah kota besar yang padat,’’ jelas Prof Dharto, kemarin.
Dia membandingkan dengan penghargaan Adipura di masa orde baru. Kala itu, penghargaan tersebut menjadi prestise yang luar biasa, pasalnya menjadi taruhan jabatan wali kota atau bupati.
’’Mendapatkan Adipura, seakan-akan masa jabatan kedua sudah ada ditangan. Apapun dilakukan untuk membuat kotanya bersih. Ke depan semuanya harus dilakukan bersama-sama dan pemkot seyogyanya harus lebih serius, lebih greget karena bagaimanapun kota itu menjadi sebuah potret. Orang harus bangga dengan kotanya sendiri,’’ ujarnya.
Sementara Wali Kota Sukawi Sutarip mengatakan, dengan tidak mendapatkan penghargaan Adipura 2010, tentunya akan menjadi cambuk bagi Kota Semarang supaya memperbaiki prestasinya ke depan. ’’Dari sekian parameter, pengelolaan sampah yang nilainya rendah. Tentunya pelibatan semua kelurahan ke depan harus dioptimalkan,’’ katanya.
Terpisah Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan, Yudi Mardiana mengatakan, bukan pengelolaan sampah yang dipermasalahkan, melainkan soal pemilahan sampah.
Sejauh ini, baru tujuh kelurahan yang bisa mengembangkan pemilahan sampah organik dan anorganik. ’’Persentase masih jauh. Kami sebatas sosialisasi, tidak bisa memaksakan. Harus ada kesadaran masyarakat. Kami akan menyiapkan fasilitas, kalau warga menginginkannya,’’ kata dia.
Demikian pula di TPA Jatibarang, Pemkot Semarang baru sebatas mengolah dan menimbun. Menjadi target pengelolaan sampah adalah bisa memilah organik dan anorganik supaya bermanfaat. (J14,K3, H37,H21-16)
Post Date : 11 Juni 2010
|