Pengelolaan Sampah Masih Buruk

Sumber:Pikiran Rakyat - 05 Agustus 2010
Kategori:Sampah Luar Jakarta

BEKASI, (PR).- Pedagang dan warga di sejumlah pasar di Kabupaten Bekasi mengeluhkan buruknya penanganan sampah pasar selama ini, karena sampah pasar yang dihasilkan hanya ditumpuk begitu saja, tanpa adanya pengelolaan. Bahkan, air lindi dari sampah pun tidak punya salurannya hingga menggenang di ruas jalan.

"Sehari-hari ya seperti ini, kami harus menerima kerugian dari bau sampah yang menumpuk dan air lindi seperti genangan yang baunya juga mengganggu warga sekitar. Gorong-gorong yang seharusnya untuk saluran air juga dipenuhi sampah," ucap seorang warga di dekat Pasar Induk Cibitung, Marni (38) saat ditemui, Rabu (4/8).

Ia mengakui, warga sudah sering kali mengeluhkan kondisi seperti itu kepada Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pasar Cibitung, tetapi tidak pernah ada tanggapan.

"Apalagi tempat pembuangan sampah sementara, kondisinya sudah tidak layak. Segala macam jenis sampah hanya ditumpuk. Kalaupun diangkat, itu tidak pernah tuntas setiap harinya dan sering telat," katanya.

Hal serupa juga dikatakan seorang pedagang di Pasar Cibitung, Hamid (40). Ia mengatakan, Pemkab Bekasi tidak serius dalam mengelola sampah pasar selama ini. Terbukti, dari tidak berfungsinya TPS Indor yang sudah ada sejak satu tahun lalu.

"Sering kali sampah menumpuk tanpa penanganan. Kondisi tempat pembuangan sampah juga tidak pernah diperbaiki. TPS Indor yang dijanjikan akan mengurangi sampah hanya dibangun sia-sia tanpa fungsi," ucapnya.

Pedagang Pasar Cikarang juga mengeluhkan hal yang sama. Mereka sering mengeluhkan berjualan di atas jalanan yang digenangi air lindi dari sampah.

"Kondisi ini membuat kami berjualan juga tidak sehat. Mau bagaimana lagi, terpaksa juga kami jualan, meskipun jalanan dipenuhi air lindi yang bau," tutur seorang pedagang Pasar Cikarang, Aden (42).

Ketua Environment Community Unity Bekasi sekaligus pemerhati lingkungan Bekasi, Benny Tunggul, mengakui buruknya pengelolaan sampah di hampir semua pasar di Kabupaten Bekasi.

Berdasarkan hasil penelitian, tutur Benny, pengelolaan yang dilakukan hanya penumpukan dan pengangkutan. "Pengelolaan sampah seperti ini sangat buruk. Apalagi TPA Burangkeng yang menjadi tempat pembuangan sampah akhir satu-satunya sudah melebihi kapasitas," ujarnya.

Ia menjelaskan, teknik penumpukan dan pengangkutan boleh saja dilakukan, asalkan pengangkutan sampah dilakukan tepat waktu dan tidak ada sampah yang ditumpuk hingga berhari-hari.

Kendala

Sementara itu, banyaknya sampah yang tidak terangkut, Dinas Kebersihan, Pertamanan, dan Pemadam Kebakaran (DKPPK) Kab. Bekasi mengaku mengalami kendala terkait penanganan sampah. "Empat mesin pencacah sampah di TPA Burangkeng sudah rusak. Akibatnya sampah menumpuk dan kondisinya overload, " ujar Kepala Bidang Kebersihan, Saiman Asrur.

Saiman mengatakan, sampah di TPA Burangkeng saat ini sudah melebihi kapasitas tampung. "Setiap hari rata-rata pengiriman sampah ke TPA Burangkeng mencapai 1.000 meter kubik per hari, dengan luas lahannya hanya mencapai 12 hektare, padahal luas lahan ideal harus mencapai 30 hektare," ujarnya.

Khusus untuk sampah pasar, Saimun mengatakan pengelolaannya berada di bawah Dinas Pasar. Akan tetapi, ketika Kepala Dinas Pasar, Perdagangan, dan Perindustrian, Encep S. Jaya ditemui di kantornya, tidak berada di tempat. Begitupun saat akan dikonfirmasi, nomor telefon genggamnya tidak aktif. (A-186)



Post Date : 05 Agustus 2010