Pengelolaan Sampah Kota Makassar Buruk

Sumber:Koran Sindo - 07 Oktober 2010
Kategori:Sampah Luar Jakarta

MAKASSAR(SINDO) – Pengelolaan sampah di Kota Makassar dinilai masih sangat buruk. Produksi sampah yang mencapai 400 ton per hari, ternyata belum dikelola dengan baik di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Tamangapa,Antang.

Investor yang berminat mengelola sampah terbilang masih minim. Saat ini hanya ada satu investasi yang memanfaatkan sampah di TPA Tamangapa,yakni PT Gikoko. Hanya saja, perusahaan asal Jepang tersebut tidak mengelola sampah, melainkan hanya memanfaatkan gas metan untuk pembangkit listrik dengan kapasitas 120 kva. Parahnya,gas metan dari sampah hanya digunakan menunjang penelitian terhadap emisi (ER). Hasil penelitian tersebut yang kemudian dijual kepada negara-negara maju,seperti Belanda.Posisi PT Gikoko saat ini dinilai tidak memberikan efek positif terhadap upaya pengelolaan sampah dalam bentuk daur ulang.

Terutama dalam upaya mengurangi volume sampah di TPA Tamangapa dan menjaga antara suplai sampah ke TPA dan tumpukan sampah yang telah ada. Anggota Komisi C Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Makassar Irwan mengatakan, idealnya pengelolaan yang dilakukan seharusnya bisa mengurangi volume,sekaligus mengupayakan daur ulang agar bisa memberikan efek ekonomi terhadap masyarakat sekitar. Selain itu, investasi di bidang pengolahan sampah diharapkan bisa berkontribusi terhadap pendapatan asli daerah (PAD). “Perusahaan yang ada di TPA ini tidak memberi efek apa-apa. Yang dikurangi hanya efek gas dari sampah, bukan volume sampahnya.

Dengan kondisi ini sebenarnya kami masih rugi dan tidak solutif terhadap permasalahan sampah,” ungkapnya di sela peninjauan ke TPA Tamangapa, Antang, kemarin. Supervisor PT Gikoko, Medi, yang ditemui di lokasi mengatakan, perusahaan yang mempekerjakan sekitar 15 orang itu tidak mengolah sampah secara langsung, melainkan mengebor beberapa titik ditumpukan sampah untuk memperoleh jumlah gas metan yang ideal. “Saat ini kami memiliki 40 sumur vertikal dan horizontal untuk mendapatkan gas metan. Gas kemudian dimanfaatkan memproduksi listrik yang digunakan kembali untuk menunjang operasional mesin,”paparnya.

Untuk membangun pembangkit listrik dengan produksi 120 kva dan memanfaatkan gas metan tersebut,dibutuhkan investasi sekitar USD1 juta. Namun, dia mengakui pembangkit listrik seperti yang dikelola PT Gikoko tidak mengurangi volume sampah yang ada di TPA Tamangapa- Antang. Berdasarkan data yang dihimpun SINDO, dengan jumlah penduduk 1,3 juta jiwa,produksi sampah mencapai 3.900 meter kubik per hari. Sementara jumlah tenaga kebersihan yang dimiliki Pemkot Makassar hanya 600 orang. Jumlah tersebut dinilai tidak memadai untuk sebuah kota metropolitan. Idealnya setiap 1.000 jiwa dilayani minimal satu petugas sampah.

Dengan demikian, dibutuhkan tenaga kebersihan paling sedikit 1.300 orang untuk menanggulangi limbah warga kota.Selain itu, untuk armada pengangkut sampah, Pemkot Makassar hanya memiliki 140 unit kendaraan truk berbagai ukuran. Padahal dibutuhkan minimal 350 unit armada sampah.Kondisi penanggulangan sampah diyakini bakal mempersulit Pemkot Makassar meraih predikat Piala Adipura. Sementara itu, Kepala Dinas Pertamanan dan Kebersihan Kota Makassar Muh Kasim mengatakan, luas TPA Tamangapa mencapai 14,3 hektare (ha) dengan suplai sampah per hari mencapai 300 ton–400 ton per hari.

Kendati suplai sampah yang cukup besar itu, dia menjamin kondisi TPA masih layak. Hadir dalam kunjungan kerja ke TPA Tamangapa kemarin dari jajaran Komisi C, antara lain Ketua Adi Rasyid Ali,Wakil Ketua Komisi C Busranuddin, Sekretaris Komisi C Amar Busthanul, Asisten II Pemkot Makassar Burhanuddin. (yakin achmad)



Post Date : 07 Oktober 2010