Pengelolaan Sampah Hanya 30% dari Ideal

Sumber:Suara Merdeka - 23 Juni 2006
Kategori:Sampah Luar Jakarta
ALAI KOTA - Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (Bappeda) mempersiapkan rencana induk untuk mengatasi persoalan sampah di Kota Semarang secara terpadu.

Saat ini, pengelolaan dinilai tidak maksimal akibat keterbatasan sarana. Jumlah sarana yang dimiliki Dinas Kebersihan untuk mengumpulkan dan mengelola sampah hanya 30% dari jumlah ideal.

Dari total kotoran yang mencapai 4.000 meter kubik per hari, cuma dapat terangkut sekitar 2650 m3. Dengan demikian, ada 1.350 m3 sisanya yang tidak bisa terangkut.

Di sisi lain, pengangkutan hingga ke tempat pembungan terakhir (TPA) mengalami kesulitan, lantaran terkonsentrasi di pusat kota dan distribusi tidak merata.

''Sampai sekarang, pengelolaan sampah masih belum jelas. Siapa instansi yang seharusnya menangani, masih terdapat saling lempar tanggung jawab antara DPU dan Dinas kebersihan. Karena itu, sistem persampahan akan berbasis kepada masyarakat,'' ujar M Farkhan, Kabid Perencanaan Pembangunan III Bappeda Kota Semarang, kemarin.

Dia mengatakan, saat ini pihaknya sedang mempersiapkan tim untuk mengadakan kajian dan studi kelayakan. Selain pengumpulan, pihaknya merencanakan bahwa pengelolaan sampah bisa digarap dengan mempertimbangkan aspek ekonomi, sosial, dan kesehatan.

Secara khusus, Bappeda akan memeta potensi sampah dan distribusi di seluruh wilayah.

Diolah

Ketua Tim Penggerak PKK Kota, Sinto Sukawi, mengungkapkan, pihaknya berupaya menggerakkan ibu-ibu PKK untuk terlibat aktif dalam pengolahan sampah.

Hal itu merupakan bentuk kepedulian mereka terhadap persoalan lingkungan.

Dia menjelaskan, saat ini dikembangkan tiga model pengolahan sampah, yang dilakukan PKK dengan pendampingan kalangan perguruan tinggi.

Di Kelurahan Sampangan, Kecamatan Gajahmungkur, sampah diolah menjadi pupuk cair. Di Kelurahan Kalipancur, Ngaliyan, diolah menjadi pupuk organik padat, sedangkan di Jomblang didaur ulang.

''Ketiga kelurahan itu dijadikan semacam rintisan untuk pengolahan sampah. Menyusul berikutnya, Kecamatan Genuk, yang baru dalam tahap pelatihan,'' katanya.

Hasil pengolahan itu, ujar dia, sudah mulai digunakan dan dipasarkan di kalangan mereka sendiri.

Hanya saja, karena masih berupa rintisan, hasil yang diperoleh belum cukup signifikan. Pada masa mendatang, PKK dan Pemkot akan memfasilitasi pemasaran hasil pengolahan sampah itu. (H12,H9-19h)



Post Date : 23 Juni 2006