|
jakarta, kompas - Penanganan masalah sampah di wilayah Jakarta jangan sekadar berorientasi pada proyek demi kepentingan beberapa pihak semata. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta justru harus terus-menerus berupaya untuk meningkatkan partisipasi masyarakat. Demikian dikatakan Bagong Suyoto, Ketua Koalisi Lembaga Swadaya Masyarakat untuk Persampahan Nasional, Sabtu (9/9). Bagong dimintai pendapatnya mengenai pengelolaan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Bantar Gebang, Bekasi, yang terus disorot berkaitan dengan longsor sampah yang menewaskan tiga pemulung. "Sampah yang dibuang ke TPA itu seharusnya sampah yang benar-benar sudah tidak bisa digunakan lagi. Tetapi DKI justru menjadikan TPA Bantar Gebang jadi andalan untuk menampung sampah warganya. Kondisi ini menunjukkan DKI tidak serius untuk mengelola sampah sejak dari sumbernya," ujar Bagong yang juga Ketua Dewan Daerah Dewan Walhi Jakarta. Menurut Bagong, pejabat Dinas Kebersihan DKI Jakarta harus serius mendorong ke arah penanganan sampah yang berbasis masyarakat. Keberhasilan pengelolaan sampah dengan memanajemen volume dan komposisinya itu bisa terwujud jika prinsip konsep 3R yakni reduce, reuse, dan recycle serta composting atau pengurangan dilakukan masyarakat, baik sejak dari rumah ataupun di kawasan masing-masing. "Tapi sayang partisipasi masyarakat ini sering diabaikan. Dalam semiloka soal review master plan sampah DKI yang terbaru, terungkap bahwa masyarakat sekitar tidak dilibatkan. Mereka baru tahu ketika proyek hendak dijalankan. Tidak heran jika penolakan warga muncul," kata Bagong. Dalam master plan pengelolaan sampah DKI Jakarta tahun 2005-2015, terlihat jika ada upaya Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta membenahi pengelolaan sampah. Pembuangan sampah sebanyak 6.000 ton/hari tidak lagi hanya mengandalkan TPA Bantar Gebang. Pengelolaan sampah dengan memanfaatkan potensi ekonomi sampah mulai dilirik dengan menghadirkan investor. Pemprov sudah merencanakan membangun tiga Intermediate Treatment Facility (ITF) di Pulo Gebang (Jakarta Timur), Duri Kosambi (Jakarta Barat), dan Ragunan (Jakarta Selatan). Sampah yang dibuang ke sana dimanfaatkan menjadi energi listrik yang menghasilkan daya sebesar 100 megawatt. Jika program itu berjalan, pembuangan sampah ke TPA Bantar Gebang berkurang hingga menjadi 1.058 ton/hari. Mulai terlibat Di tengah sorotan buruknya pengelolaan sampah warga Ibukota ini, sebenarnya upaya pengolahan sampah secara mandiri sudah mulai dilakukan warga Jakarta. Pengelolaan sampah mandiri itu ada yang dilakukan warga mulai tingkat RT/RW, ada yang karena peran serta perusahaan swasta seperti PT Unilver Indonesia Tbk dengan program Jakarta Green dan Clean 2006 yang membina 20 RT di Jakarta untuk memilah dan mengolah sampah. Juga PT Pembangunan Jaya Ancol membina warga Ancol Barat, Pademangan.(ELN) Post Date : 11 September 2006 |