|
[JAKARTA] Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) DKI Jakarta meminta Pemprov serius menangani sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Bantar Gebang, Kota Bekasi, Jawa Barat. Volume sampah yang dikirim ke TPA tidak transparan. Ada perbedaan jauh antara laporan Dinas Kebersihan dan volume sampah yang masuk di TPA. "Kami meminta eksekutif transparan menangani sampah di TPA. Laporan volume sampah DKI juga tidak akurat karena menurut informasi timbangan di pintu masuk TPA sering rusak. Operasional timbangan itu tidak boleh berhenti," ujar Ketua Komisi D DPRD DKI Jakarta, Sayogo Hendro Subroto kepada SP di Jakarta, baru-baru ini. Menurut Sayogo, sebelum sampah DKI dikirim ke TPA seharusnya terlebih dulu ditimbang di Jakarta. Hal itu diperlukan untuk menghindari mark up atau penggelembungan tonase sampah. "Kami sudah pernah menganjurkan agar Pemprov menyediakan timbangan sampah di wilayah Jakarta sebelum akhirnya dikirim ke TPA. Dengan tersedianya timbangan di DKI maka volume sampah sebelum dikirim ke TPA sudah ada," katanya. Selama ini, kata anggota fraksi PDI-P itu, laporan tonase sampah yang dikirim ke TPA berkisar 6.000 ton per hari. Mengenai timbangan yang rusak, Sayogo memang sudah pernah mendengar laporannya sehingga ia meminta segera dibenahi. Kepala Dinas Kebersihan DKI Jakarta, Eko Bahruna, menyebutkan, produksi sampah DKI mencapai 6.000 ton setiap hari. Perhitungan volume sampah itu, kata Eko, berdasarkan hasil timbangan di pintu masuk TPA Bantar Gebang yang merupakan tempat pembuangan akhir sampah DKI. Bahkan, setiap tahun angka itu meningkat dan anggaran untuk mengelola sampah ke TPA dengan sendirinya semakin meningkat pula. Di pintu masuk TPA Bantar Gebang hanya terdapat satu timbangan untuk menghitung seberapa banyak volume sampah DKI. Setiap truk sampah yang masuk ke TPA harus lewat timbangan. Hasil timbangan itulah yang menjadi dasar Pemprov DKI membayar biaya pengelolaan sampah mulai dari pengumpulan , pengangkutan ke TPA, hingga pengelolaan. Saat ini, timbangan itu dikelola salah satu rekanan Dinas Kebersihan DKI yaitu PT Sucofindo Appraisal. Perusahaan milik pemerintah itulah yang menghitung berapa ton volume sampah yang masuk ke lokasi TPA. Volume Berbeda Direktur Sucofindo Appraisal Immanuel saat ditemui di kantornya beberapa waktu lalu mengatakan, selama perusahaan yang dikelolanya melakukan penimbangan sampah di TPA Bantar Gebang maksimal hanya sekitar 4.500 ton per hari. Volume sampah itu jauh berbeda dengan yang disebutkan Kepala Dinas Kebersihan DKI Jakarta, Eko Bahruna yang rata-rata setiap hari 6.000 ton. Sebagaimana diketahui, selama ini, Pemda DKI menganggarkan pengelolaan sampah sebesar Rp 62.500 per ton. Harga itu sudah termasuk tipping fee untuk Pemerintah Kota Bekasi sebesar 20 persen. Sumber SP yang pernah menjadi salah satu sub-kontraktor rekanan menghitung volume sampah yang masuk ke TPA mengungkapkan, volume hanya berkisar 3.000 ton hingga 3.900 ton per hari. "Selama beberapa bulan kami mengelola timbangan di TPA Bantar Gebang, belum pernah sekali pun mencapai angka 4.000 ton per hari," kata sumber tadi. Sumber tadi meminta kepada SP untuk tidak menuliskan namanya untuk alasan keamanan. Sejak lama, sumber SP telah mensinyalir adanya penggelembungan (mark up) rekapitulasi tonase sampah tersebut. Hal itu, katanya, terlihat dari hasil rekapitulasinya dari lapangan cenderung tidak sama dengan yang dilaporkan ke dinas kebersihan. Sebagai contoh, menurut data hasil rekapitulasi sub-kontraktor rekanan Pemprov DKI tersebut, tanggal 1 Desember 2007, truk yang masuk 468 rit dengan volume sampah 3.201 ton. Tanggal 3 Desember 485 rit dengan volume sampah 3.937 ton, 10 Desember 473 rit dengan volume sampah 3.559 ton. Tanggal 15 Desember 454 rit dengan volume 3.371 ton, Tanggal 20 Desember 306 rit dengan volume sampah 2.330 ton, dan 28 Desember 371 rit dengan volume 2.911 ton. Berdasarkan asal sampah pada rekapitulasi harian 1 Desember 2007 misalnya, dari Sub Dinas PS dan AK 2 rit dengan volume 15,054 ton, Sudin kebersihan, yaitu Jakarta Utara, Jakarta Pusat, Jakarta Selatan, Jakarta Timur dan Jakarta Barat sebanyak 147 rit dengan volume 810, 756 ton, Trans St Sunter 3 rit dengan volume 75 ton, PD Pasar Jaya 64 rit dengan volume 378,9 ton. Sementara, swastanisasi 133 rit dengan 907,9 ton, swasta umum 21 rit, dengan volume 190,5 ton, kendaraan sewa 98 rit dengan volume 822,5 ton. Bahkan, pengamatan SP di TPA Bantar Gebang beberapa waktu lalu, timbangan sampah sering rusak. Bila timbangan tidak berfungsi, truk pengangkut sampah lewat begitu saja dan volume sampah dihitung berdasarkan perkiraan petugas. Immanuel juga tidak menampik kerusakan timbangan itu. "Memang timbangannya kadang kala rusak. Tapi, hasil estimasi petugas tidak jauh berbeda dengan hasil timbangan," terang dia. Eko dan Immanuel sama-sama menampik data itu. Sebelumnya Eko mengatakan data itu tidak benar dan cenderung mengada-ada. "Tapi, saat mereka bekerja di sana bisa saja volume sampah menurun. Sampah DKI kan jumlahnya naik-turun. Selama ini kisaran sampah DKI sekitar 5.500 hingga 6.000 ton per hari," terang Eko.[HTS/U-5] Post Date : 09 Februari 2009 |