|
Ahli lingkungan dari Dewan Pemerhati Kehutanan dan Lingkungan Tatar Sunda (DPLKTS), Mubiar Purwasasmita menyarankan agar pengelolaan air dikembalikan ke alam. Cara ini dianggap sebagai solusi untuk meningkatkan ketersediaan dan akses air yang sekarang ini semakin sulit didapatkan. "Hijaukan kembali gunung dan bukit yang ada di Jawa Barat," tegasnya dalam diskusi bertajuk, ''Kebijakan Publik bagi Akses Air Bersih'', di Bandung, Kamis (22/5). Menurut dia, potensi air di Jabar dengan banyaknya gunung dan perbukitan bisa mencapai 80 miliar meter kubik per tahun. Sayangnya, pada musim kemarau, potensi itu hanya mencapai 8 miliar meter kubik per tahun. Sementara itu, kebutuhan air untuk industri, pertanian, dan rumah tangga di Jabar mencapai 7 miliar meter kubik per tahun. Mubiar mengungkapkan apabila infrastruktur alam di Jabar baik, seperempat dari potensi air yang ada bisa diperoleh setiap tahunnya. "Ini jumlahnya bakal jauh melebihi di atas kebutuhan." Perbaikan infrastruktur alam itu, salah satunya dengan menanam bakau di sepanjang pantai utara Jabar. Menurut dia, selama ini kota-kota kawasan di pantai utara Jabar cenderung kesulitan air. Tanaman bakau bisa menyerap uap air yang dilepaskan oleh ombak di pantai pada siang hari. Perbukitan di sepanjang pantai utara seperti Jonggol dan Cikariu, bakal menyerap uap air dari tanaman bakau itu pada malam hari. "Dengan siklus seperti itu kebutuhan air pantai utara bisa terpenuhi tanpa harus menunggu musim hujan," sambungnya. Contoh keberhasilan alam mengelola air itu, papar dia, terlihat pada debit air di hulu Sungai Citarum. Mubiar menyebutkan mata air Cisanti yang di sekitarnya dilakukan penghijauan bisa meningkatkan debit airnya menjadi 200 liter per detik. "Itu tidak diganggu lingkungannya selama dua tahun sehingga bisa menjadi baik dengan sendirinya." Mubiar mengatakan, pembangunan waduk atau bendungan untuk menyimpan air bukanlah cara cerdas untuk menyimpan air. Menurut dia, beberapa negara maju di dunia menanamkan investasi untuk membangun sumber air secara alami. "Sumber-sumber air itu dibentuk dari hutan kota atau danau," ujarnya. Hasil penelitian Bandung Institute of Governance Studies (BIGS) di Kota Bandung menunjukkan penyediaan air bersih merupakan layanan dasar yang menempati peringkat pertama. "Itu hasil survei yang dilakukan kepada 500 responden, sebanyak dua kali pada tahun 2002 dan 2005," ujar Direktur BIGS, Siti Fatimah. [153] Post Date : 24 Mei 2008 |