|
[JAKARTA] Para pengelola gedung di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan, mengeluhkan pasokan air dari operator PDAM Jaya yang tidak maksimal. Bahkan untuk memenuhi kebutuhan air, salah satu pengelola gedung di sana, PT Bakrie Pesona Rasuna (BPR) terpaksa membeli air dari pihak swasta. Pengelola Pasar Festival itu, selain berlangganan air PAM dari PT PAM Lyonnaise Jaya (Palyja) juga memiliki sumur dalam. Namun pasokan air dari PT Palyja berkurang mulai awal Juli 2006. Menurut pimpinan Property & Maintanance BPR, sejak 2 Juli 2006, pihaknya telah membeli 2.500 meter kubik dari UD Alvendo, supplier air minum di Sukabumi, Jawa Barat. Harga satu meter kubik air yang dijual pihak swasta itu, Rp 40.000. "Jadi sampai saat ini, uang yang kami keluarkan untuk membeli air sudah mencapai Rp 100 juta. Kami masih memesan 1.000 meter kubik air lagi, tapi baru akan diantarkan akhir minggu ini," kata Supadi, ketika memberi penjelasan kepada Tim Pengendalian Dinas Pertambangan (Distam) DKI yang melakukan inpeksi mendadak (sidak), di Pasar Festival, Jakarta, Selasa (25/7). Dia mengungkapkan, pembelian air ke pihak swasta terpaksa dilakukan karena debit air yang dipasok Palyja menurun, bahkan sempat terhenti selama dua hari. Biasanya, debit air PAM mencapai 600 liter per menit, namun sejak awal Juli debit air menurun menjadi 50 liter per menit. Kekurangan pasokan air PAM, lanjutnya, membuat pengelola terpaksa mengambil air bawah tanah melalui sumur bor dengan debit yang cukup besar. Namun untuk kebutuhan air bersih, pengelola Pasar Festival terpaksa membeli ke supplier air swasta. "Sebenarnya ini merugikan. Soalnya kalau air PAM paling maksimal Rp 8.000 per meter kubik. Sedangkan untuk beli air dari swasta, kami harus keluarkan biaya lima kali lipat dari harga air PAM," ujar Supadi. Dia menjelaskan, kebutuhan air di Pasar Festival dalam sebulan berkisar antara 15.000-17.000 meter kubik (m3). Kebutuhan air tersebut, sebagian besar digunakan untuk mengisi kolam renang dan keperluan mandi para pengguna sarana olahraga di Gelanggang Sumantri Brojonegoro. Untuk mengisi kolam renang, pihaknya menggunakan air dari sumur bor. Berdasarkan izin dari Dinas Pertambangan, debit air dari sumur bor yang dapat diambil Pasar Festival sebanyak 75 m3/hari atau 2.250 m3 per bulan. Sedangkan untuk kebutuhan air untuk kegiatan MCK (mandi, cuci, kakus) di Pasar Festival dan gelanggang olah-raga, pihaknya menggunakan air PAM yang bisa mencapai 500 m3 per hari atau sekitar 15.000 m3 per bulan. "Terus terang, air di sini lebih banyak digunakan para pengguna sarana olah raga dibandingkan penghuni gedung yang tidak sampai 1.000 orang. Tapi untuk sarana olah raga, jika ada even tertentu, kami bisa kedatangan 2.000 sampai 3.000 orang yang menggunakan fasilitas air secara cuma-cuma," kata Supadi. Sumur Pantek Dari hasil sidak tim Distam DKI, Pasar Festival kedapatan memiliki lima sumur pantek yang tidak memiliki izin. Kelima sumur yang airnya digunakan untuk menyiram taman itu, disegel oleh tim Distam. "Dalam jangka waktu 7x24 jam, pengelola Pasar Festival harus mengurus izin sumur pantek. Jika tidak, kami akan menutup sumur tersebut," kata Kepala Subdis Pengendalian Air Bawah Tanah Distam DKI, Imam Sudjono. Selain menyegel sumur pantek, pihaknya juga memberi teguran kepada pengelola agar tidak mengambil air dari sumur dalam melebihi debit yang diizinkan. Berdasarkan catatan Distam DKI, sejak Januari-Mei 2006, Pasar Festival menggunakan air dari sumur bor berkisar antara 3.900 m3 sampai 5.000 m3. Untuk pemakaian air yang melebihi debit, lanjut Imam, sanksi yang diberikan kepada pengelola Pasar Festival, yaitu pembayaran dengan nilai pajak tertinggi. "Mereka juga akan diberi peringatan tertulis dari Kepala Dinas Pertambangan," ujar Imam. [J-9] Post Date : 26 Juli 2006 |