Pengecekan "E-coli" Pada Sumur

Sumber:Kompas - 16 Juni 2007
Kategori:Sanitasi
Yogyakarta, Kompas - Sumur-sumur warga sepanjang bantaran sungai di Kota Yogyakarta yang wilayahnya mempunyai instalasi pengolahan air limbah komunal akan diteliti dan diambil sampelnya. Upaya ini untuk mengetahui kandungan bakteri E-coli dan juga mengecek fisik jaringan.

"Sangat mungkin ada jaringan IPAL yang retak pascagempa Mei 2006 lalu dan perlu diperbaiki," ujar Pieter Lawoasal, Kepala Seksi Pemulihan Lingkungan dan Pengelolaan Air Limbah Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Yogyakarta, Jumat (15/6).

Dikhawatirkan rembesan kotoran dari jaringan instalasi pengolahan air limbah (IPAL) akan mencemari sumur. Akhir 2007 ini DLH menargetkan bisa mengambil sampel air sumur warga minimal di 10 kawasan yang mempunyai jaringan IPAL komunal di sepanjang Kali Code, Winongo, dan Gajahwong.

Ada 43 IPAL

Saat ini ada 43 IPAL yang terletak di sepanjang tiga sungai tersebut. Menurut Pieter, pemeriksaan hingga ke sumur sangat penting untuk mengetahui kandungan bakteri E-coli penyebab diare apakah masih berada di bawah batas maksimal (50 mpn per 100) atau tidak.

"Dulu, ketika belum ada IPAL, rata-rata kandungan E-coli pada sumur warga sangat tinggi di atas batas maksimal tersebut. Bahkan, dalam uji laboratorium, ada sumur yang mencapai kadar 2.400 mpn per 100. Setelah ada IPAL, kadar itu turun hingga 90 persen lebih. Namun, setelah gempa, sumur-sumur belum dicek kembali," katanya.

Pencemaran E-coli juga karena banyak bangunan septic tank yang tidak kedap air sehingga kotoran bisa merembes masuk ke tanah dan akhirnya ke air sumur.

Warga juga belum banyak yang mengindahkan aturan jarak minimal antara septic tank dan sumur harus 10 meter.

Selain IPAL komunal di tepi sungai, ada lagi jaringan limbah rumah tangga di Kota Yogyakarta yang letaknya tidak di tepi sungai. Jaringan tersebut memanjang dan pembuangan akhirnya bermuara ke IPAL terpadu di Sewon, Bantul. Dari 60.000-an rumah di Kota Yogyakarta baru 10.000 rumah di 11 kecamatan yang limbahnya sudah tersambung ke saluran terpadu itu. Yang belum dimasuki adalah Kotagede, Wirobrajan, serta Tegalrejo. Jaringan terpadu ini, disarankan Pieter, agar lebih dimanfaatkan warga.

Awal Maret 2007 DLH Kota Yogyakarta bersama konsultan pengelolaan air Environmental Services Program (ESP) menguji kuantitas dan kualitas air Kali Code pada wilayah RW 8 Cokrodiningratan, Jetis, Yogyakarta. Selain itu, sumur warga juga diamati.

Yang diteliti terutama menyangkut komponen fisik, kimia, dan biologis air. Salah satu hasilnya adalah diketahui kadar nitrat di sumur warga sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan sungai.

Ini diperkirakan karena ada kontribusi sampah dan bahan organik lain yang masuk ke air, lewat pori-pori tanah. (PRA)



Post Date : 16 Juni 2007