BEKASI, (PR).- Keterbatasan armada pengangkut sampah yang ada di Kota Bekasi, diduga menjadi penyebab maraknya tempat pembuangan sampah (TPS) liar di sejumlah titik di Kota Bekasi. Bahkan, beberapa warga mengaku memilih sampah rumah tangganya diangkut oleh gerobak TPS liar daripada oleh truk pengangkut sampah.
Salah seorang warga Kali Baru, Medan Satria Kota Bekasi, Jejen (40), mengatakan, warga di sekitar Kali Baru tidak mungkin mengandalkan truk pengangkut sampah milik Pemkot Bekasi.
"Datangnya tidak tentu. Kadang seminggu sekali, kadang sampai numpuk tidak diangkut. Makanya lebih baik pakai gerobak, meskipun tidak tahu juga sampahnya dibuang ke mana," katanya ketika ditemui, Selasa (28/12).
Ia menjelaskan, pengangkutan dengan gerobak sampah lebih terjamin, karena hampir setiap hari sampah diambil. Warga hanya perlu membayar uang kebersihan kepada pengurus kampung atau petugas kebersihan yang ada di wilayah mereka.
Warga lainnya di wilayah Jatibening, Endang (30) juga menolak jika tempat penampungan sampah liar yang ada di sekitar rumahnya ditutup. Ia beralasan, baik itu pihak kelurahan maupun RT atau RW tidak mau menyediakan bak sampah di sekitar perumahan. Bahkan, truk sampah yang seharusnya melayani warga pun tidak bisa sampai ke perumahan sehingga warga memilih membuang ke TPS liar di sekitar perumahan.
"Kalau itu ditutup, emangnya pemerintah mau angkut sampah kita. Yang ada saja sering mogok, gimana kalau ditambah dengan ngambil di wilayah kami," kata Endang.
Salah seorang pengelola TPS liar di Kp. Rawa Bambu RT 03 Rw 06, Kel. Kali Baru, Kec. Medan Satria Kota Bekasi, Mistara mengatakan TPS yang diolahnya memang sering dikeluhkan warga RT lain di wilayah itu.
Selain menimbulkan bau busuk, asap pembakaran juga mengganggu warga di RT lain. Belum lagi, warga menduga tumpukan sampah yang berada di area rawa itu telah menyebabkan banjir di RT lainnya di sekitar TPS.
Kepala Bidang Persampahan Dinas Kebersihan Kota Bekasi, Abi Hurairah mengatakan telah berencana untuk menutup sejumlah TPS liar yang ada di Kota Bekasi. "Warga sudah sepakat. Hanya, kami belum siap karena sampai saat ini armada yang ada masih sangat minim, sehingga belum bisa menjangkau tempat-tempat tertentu," ujarnya.
Dikhawatirkan jika penutupan dilakukan, menurut Abi, sedangkan fasilitas berupa armada dan anggaran untuk pengangkutan sampah tidak maksimal, penumpukan sampah akan terus terjadi. "Jadi, mesti kita pikirkan solusinya supaya tidak menimbulkan masalah baru," katanya. (A-155)
Post Date : 29 Desember 2010
|