|
Terus berlangsungnya pengambilan air bawah tanah dilakukan warga dan industri diyakini merusak konservasi air dan tanah di Kota Tangerang. Pemerintah daerah setempat berusaha mencegah derasnya pengambilan air bawah tanah, agar tidak terjadinya erosi retakan amblesnya tanah. Pengunaan air bawah tanah karena warga belum tersentuh saluran air bersih PDAM. Wali Kota Tangerang Wahidin Halim mengatakan, pemerintah daerah setempat selama ini secara bertahap melakukan penekanan pengunaan air bawah tanah dilakukan warga secara tradisional yang mengambil air dari dasar dalam tanah. Banyak warga masih mengandalkan air sumur di rumah sebagai kebutuhan sehari-hari. Pengunaan air bawah tanah karena warga belum tersentuh saluran air bersih PDAM. "Jika terus terjadi pengambilan air bawah tanah kami kuatir terjadi kerusakan konservasi air tanah,"kata Wali Kota Tangerang, Wahidin Halim kepada Jurnal Nasional, Minggu (17/6). Ketua DPD Partai Demokrat Banten itu menjelaskan, tidak cuma warga, pengambilan air bawah tanah juga dilakukan industri, namun telah menunjukkan penurunan drastis. Pemda setempat terus memperketat ijin dari pengambilan air bawah tanah. Bila dibiarkan, potensi pengambilan air bawah tanah secara terus menerus berakibat pada keroposnya dasar tanah dan pengikisan rongga tanah. Ini sebagaimana terjadinya retakan tanah dan amblesnya Jalan RE Martadinata yang menuju arah Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta. Peristiwa itu coba dihindari agar tidak terjadi pada wilayah Tangerang. "Tahun ini pengambilan air bawah tanah sudah ditekan sampai sekitar 40 persen, dari sebelumnya sekitar 60 persen. Kita batasi dan kendalikan pengunaan air bawah tanah agar tidak terjadi erosi retakan tanah seperti di Jakarta,"kata Wali Kota. Ditambahkan Wahidin, mencegah pengambilan air bawah tanah, pemerintah daerah setempat menargetkan pada 2014 sambungan air bersih rumah tangga harus menyeluruh dinikmati seluruh warga, sesuai MDGs 2015. PDAM Tirta Benteng (TB) diminta memperkuat basis pelayanan air bersih di Kota Tangerang ke seluruh kecamatan di wilayah tersebut. "Dua tahun kedepan sambungan air bersih rumah tangga harus mencapai 80 persen sesuai target MDGs. Kita kendalikan pengunaan air bawah tanah dengan memberikan pelayanan air bersih," kata Wahidin. Selama ini pelayanan sambungan air bersih rumah tangga di Kota Tangerang belum mampu mencapai target sebagaimana yang diharapkan MDG's. Artinya, perlu penguatan basis pelayanan pipanisasi pelayanan air bersih dilakukan PDAM Tirta Benteng Kota Tangerang. Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) cukup modal memperbaiki pelayanan air dengan suntikan dana dari investor sebesar Rp 1,15 Triliun dari PT Moya Indonesia, perusahaan asing dari Bahrain untuk mengelola air bersih di Tangerang. Pihaknya fokus agar pelayanan air bersih bisa tersambung pada seluruh warga Kota Tangerang. Sementara Direktur PDAM Tirta Benteng Marju Kodri mengatakan, dari kebutuhan 300.000 pelanggan air bersih di Kota Tangerang, baru sekitar 27.000 pelanggan air telah menikmati layanan air bersih atau sebanyak 135.000 jiwa. Sementara sisanya, sebanyak 273.000 pelanggan masih mencari sendiri sumber air bersih untuk kebutuhan keluarga. Kurun waktu lima tahun ke depan sekitar 120.000 sambungan dibangun sehingga pelanggan dapat menikmati air bersih. "Kalau disebutkan krisis air, kita tidak kekurangan air bersih. Karena, pelayanan air bersih di Tangerang terbesar sekitar 31 persen se-Provinsi Banten, dibandingkan dengan Serang, Lebak, dan Cilegon masih dibawah 10 persen,"kata Kodri kepada Jurnal Nasional, akhir pekan lalu. Post Date : 18 Juni 2012 |