Semarang, Kompas - Belum semua masyarakat di Kota Semarang mendapat pelayanan air bersih. Beberapa daerah yang sudah mendapat jaringan pipa dari Perusahaan Daerah Air Minum pun belum dapat menikmati air bersih. Pengadaan dan pelayanan air bersih secara optimal masih menjadi tugas utama bagi Pemerintah Kota Semarang dan PDAM yang belum terselesaikan.
Data yang dihimpun Kompas, daerah di Kota Semarang yang belum dapat menikmati aliran air bersih atau terganggu penyaluran air bersih antara lain daerah Gunungpati, Gayamsari, Tembalang, Mijen, dan wilayah Semarang Utara. Permasalahan di Gunungpati terutama karena jaringan pipa PDAM rusak.
Pelaksana tugas Direktur Utama PDAM "Tirta Moedal" Kota Semarang Adi Tri Hananto, Sabtu (26/6), mengatakan, sebagian besar jaringan pipa PDAM di Kota Semarang sudah tua atau berumur hingga puluhan tahun. "Usia jaringan yang tua ini menyebabkan pipa semakin rapuh dan mudah bocor," kata Adi.
Kualitas pipa yang buruk tersebut menyebabkan tingkat kebocoran air PDAM di Kota Semarang mencapai 54 persen. Idealnya, kebocoran tersebut dapat ditekan hingga 30-40 persen.
Faktor alam
Kerusakan pipa tersebut lebih banyak disebabkan faktor alam. Pergeseran tanah menyebabkan pipa tertekan dan akhirnya pecah. Pipa yang pecah tersebut berada di bawah permukaan tanah sehingga sulit bagi PDAM untuk mencegah dan mendeteksi kerusakan tersebut. "Kami minta maaf kepada masyarakat atas gangguan yang terjadi. Kami tetap terus berbenah," kata Adi.
Demi kenyamanan semua pihak, Adi meminta masyarakat untuk aktif melaporkan kepada PDAM apabila mengetahui ada indikasi kerusakan.
Ketua Lembaga Pembinaan dan Perlindungan Konsumen (LP2K) Ngargono, Sabtu (26/6), di Semarang, mengatakan, masalah kebocoran akan selalu menjadi momok bagi direksi PDAM selama jaringan pipa yang sudah tua tidak segera diganti. "Seharusnya Pemerintah Kota Semarang sebagai pemilik PDAM harus berkontribusi untuk mengatasi kebocoran ini. Jangan hanya menarget PDAM saja," kata Ngargono.
Menurut Ngargono, tingkat kebocoran sangat berpengaruh terhadap kualitas pelayanan air bersih. Apabila kebocoran dapat ditekan dan PDAM tidak rugi, kenaikan tarif air pun tidak perlu terjadi.
Meski kebocoran masih tinggi, Ngargono menilai, PDAM Kota Semarang sudah banyak berbenah. Perbaikan manajemen tersebut mulai terjadi ketika direktur utama PDAM dijabat oleh Sulistyo yang baru saja mengundurkan diri per 1 Juni 2010.
Menurut Ngargono, ada beberapa hal yang perlu dipertahankan dalam manajemen PDAM saat ini, yaitu keterbukaan kepada pelanggan, komitmen untuk menyehatkan keuangan PDAM, dan upaya untuk memperluas jaringan pipa baru. Selama kepemimpinan Sulistyo, dari target 10.000 pelanggan baru selama 2010, sampai akhir 2009 tercapai 4.500 pelanggan baru. (DEN)
Post Date : 28 Juni 2010
|