Penduduk Bertambah, DKI Krisis Air Bersih

Sumber:Kompas - 10 Mei 2009
Kategori:Air Minum

Jakarta, Kompas - Tidak seimbangnya pasokan air bersih dibanding pertambahan jumlah penduduk membuat Jakarta terjebak dalam krisis air bersih. Krisis air bersih sudah terlihat di Jakarta Utara dan sudah terjadi di seluruh Jakarta pada tahun ini. Krisis akan semakin parah di masa depan.

Pengamat Hidrologi Universitas Indonesia, Firdaus Ali, Sabtu (9/5) di Jakarta Pusat, mengatakan, krisis air bersih itu akan menjadi jauh lebih parah karena DKI Jakarta belum memiliki rencana strategis untuk mengatasinya. Defisit air bersih yang dipasok dari sistem perpipaan PAM Jaya membuat penduduk dan dunia usaha di Jakarta tidak berhenti menyedot air tanah.

Menurut Firdaus, jumlah penduduk Jakarta mencapai 8,5 juta orang. Berdasarkan standar, setiap orang membutuhkan 190 liter air per hari dan dunia usaha membutuhkan 30 persen dari total kebutuhan domestik.

Secara total, masyarakat Jakarta membutuhkan air bersih 2,099 miliar liter per hari atau 24.300 liter per detik.

Padahal, kata Firdaus, produksi air bersih saat ini hanya mencapai 19.328 liter per detik. Dengan demikian, pada 2009 sudah terjadi defisit air bersih 4.972 liter per detik.

”Jika ingin menghentikan penyedotan air tanah secara berlebihan, pasokan air perpipaan harus ditambah secara drastis,” kata Firdaus, yang juga anggota Badan Regulator Pengelolaan Air Minum (BR PAM).

Krisis air bersih saat ini tampak di Jakarta Utara dan beberapa kawasan lain, yang tidak mendapat pasokan air bersih secara terus-menerus selama 24 jam. Banyak penduduk terpaksa menggunakan air tanah untuk menggantikan air PAM karena pasokan yang kurang.

Menurut Firdaus, seiring dengan pertambahan penduduk dan peningkatan aktivitas usaha, kebutuhan air bersih di Jakarta akan semakin meningkat. Tanpa rencana peningkatan pasokan, defisit air bersih pada 2015 akan meningkat menjadi 13.045 liter per detik dan pada 2020 menjadi 28.370 liter per detik.

Ketua BR PAM Irzal Jamal mengatakan, meskipun pasokan air baku dari Waduk Jatiluhur terjamin sampai 2015, DKI Jakarta tetap harus memiliki rencana penambahan pasokan. Perbaikan saluran Tarum Kanan Barat, yang mengalirkan air dari Waduk Jatiluhur, juga perlu segera dilakukan untuk meningkatkan pasokan menjadi 21.828 liter per detik.

Selain perbaikan saluran, BR berharap pemerintah pusat mau membangun instalasi pengolahan air (IPA) di hulu Jatiluhur dan saluran pipa dari lokasi itu sampai di Jakarta. IPA dan saluran pipa diperlukan untuk menjamin pasokan selama musim kemarau dan mencegah pencemaran.

Kepala Biro Operasi dan Konservasi Perum Jasa Tirta (PJT) II Sutisna Prikasaleh mengatakan, perawatan dan perbaikan Saluran Tarum Kanan Barat sedang dalam tahap desain dan proses fisiknya akan berlangsung pada 2010. Pihaknya akan mengeruk kembali saluran agar kapasitasnya kembali seperti semula dan memperbaiki pengatur saluran pintu kanan dan kiri sepanjang saluran.

Mengenai jaminan ketersediaan air baku, kata Sutisna, persediaan Waduk Jatiluhur sangat mencukupi untuk memasok wilayah DKI Jakarta. Sekarang ini kapasitas tiga waduk, yakni Waduk Cirata, Saguling, dan Djuanda, mencapai 5,6 miliar-5,7 miliar meter kubik per tahun. Persediaan air tersebut baru dimanfaatkan sekitar 4,2 miliar meter kubik per tahun untuk industri, pengairan, dan air minum.

Direktur Utama PJT II Djendam Gurusinga mengatakan, PT PAM Jaya perlu mendorong kedua operatornya untuk mengatasi tingkat kehilangan air yang secara total masih sekitar 49 persen. Jika kebocoran dan pencurian air dapat dikurangi, pasokan yang ada masih dapat mencukupi kebutuhan warga. (ECA)



Post Date : 10 Mei 2009