|
GARUT, (PR).-Jumlah penderita muntaber di Kec. Peundeuy, Kab. Garut, terus bertambah. Sebelumnya, jumlah penderita hanya 50 warga, namun sampai Senin (8/10), bertambah menjadi 90 orang lebih. Bahkan, dua di antaranya meninggal dunia karena lambatnya penanganan. Hal itu disampaikan Kabag Humas Setda Garut Drs. Dikdik Hendrajaya, M.Si. Dua korban yang meninggal dunia tersebut adalah Ny. Icih (90) dan Solihin (65), warga Desa Saribakti, Kec. Peundeuy. Menurut Kabag TU Dinas Kesehatan Kab. Garut, Wawan, pihaknya telah melakukan pengecekan ke lapangan, setelah sebelumnya menerima laporan dari Kecamatan Peundeuy tentang jumlah penderita muntaber. Hasilnya diketahui bahwa sejumlah warga di Peundeuy banyak yang mengalami muntaber. Muntaber mulai dialami warga terhitung sejak Jumat (29/9). Setelah itu, jumlah penderita terus bertambah. Hal itu dibenarkan Kepala Desa Saribakti, Kec. Peundeuy, Dudu Abdirahman. Ia mengatakan, muntaber mulai menyerang pada Jumat (29/9). Dua korban yang meninggal dunia itu sebelumnya mendapat perawatan di Puskesmas Peundeuy, namun sudah terlambat. Dudu mengatakan, berdasarkan catatan di Puskesmas Kec. Peundeuy, Desa Saribakti termasuk desa yang warganya paling banyak diserang muntaber, yakni sebanyak 50 orang. "Setelah Saribakti, desa yang warganya diserang muntaber adalah Desa Peundeuy, Toblong, dan Sukanagara," ujar Dudu. Diberitakan ("PR" 6/10), sebanyak 50 warga Peundeuy terserang muntaber. Serangan itu ternyata masih terjadi sampai sekarang. Belakangan bahkan diketahui ada yang meninggal dunia. Lambat Dalam penjelasannya kepada "PR", Wawan dan Dikdik mengatakan bahwa korban yang meninggal dunia akibat muntaber tersebut, diduga karena telat ditangani petugas kesehatan. Pasalnya, kedua korban dibawa ke puskesmas ketika kondisinya sudah sangat memprihatinkan. Namun, jumlah korban yang meninggal dunia bisa dihentikan karena petugas kesehatan bisa segera menanganinya. Begitu warga merasakan gejala muntaber, mereka langsung berobat ke puskesmas. Wawan berharap, jumlah korban muntaber itu bahkan bisa ditekan lagi. "Nah, sedangkan penyebabnya, berdasarkan penelitian pihak Dinkes, adalah karena pola makan yang salah, lingkungan yang tidak terawat, pola hidup yang tidak mengarah kepada terciptanya kesehatan yang baik, serta karena kurangnya sarana air bersih," kata Dikdik. Menurut Dikdik, sampai sekarang petugas Dinas Kesehatan Garut masih terus berada di Peundeuy untuk memberikan penjelasan soal kesehatan dan pola hidup sehat. Selain itu, Pemkab sedang berusaha untuk menanggulangi rawan air bersih di kawasan Garut selatan tersebut. (A-112) Post Date : 09 Oktober 2007 |