Penderita Diare Mulai Pulih

Sumber:Pikiran Rakyat - 01 Mei 2009
Kategori:Sanitasi

KARAWANG, (PR).- Rasih (25) salah seorang pasien diare sudah diperbolehkan pulang oleh Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Karawang, Kamis (30/4), karena kondisi tubuhnya sudah membaik. Ia adalah salah seorang dari empat warga yang sempat dibawa ke RSUD akibat terserang diare.

Sedangkan tiga pasien lainnya yang masih dirawat, yakni Suhaya (35), Asep (5), dan Masriah (7), meski kondisinya mulai berangsur pulih. Mereka adalah warga Kampung Cisaga Dusun Sukamulya, Desa Mulyasejati, Kec. Ciampel, Kab. Karawang.

"Mudah-mudahan, besok mereka sudah diperbolehkan RSUD untuk pulang," kata Narmin, Kepala Dusun Sukamulya.

Sejak Senin (27/4) malam, menurut dia, satu per satu warga Kampung Cisaga terserang diare. Hingga Selasa (28/4) sore, jumlahnya mencapai 32 orang. Karena jarak tempat tinggal dengan rumah sakit jauh, mereka terpaksa dirawat petugas puskesmas dan bidan desa setempat. Sebelas pasien dipasangi infus karena kehilangan banyak cairan. Bahkan empat di antaranya mesti dibawa RSUD.

Berdasarkan informasi yang diperoleh "PR", mulai berjangkitnya penyakit diare pada daerah tersebut turut disebabkan pula kondisi lingkungan setempat yang tergolong tidak sehat. Terbukti, warga Kampung Cisaga masih tetap menggunakan dua sumur untuk memenuhi kebutuhan air. Padahal air sumur itu diduga telah terkontaminasi air hujan yang membawa bakteri sehingga air tercemar dan menyebabkan sejumlah warga terkena diare.

Salah seorang warga Ahmad Permana (30) mengatakan, warga terpaksa terus mengonsumsi air yang berasal dari dua sumur itu karena tidak ada sumber air bersih. Mereka memanfaatkan air sumur itu untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Ahmad menuturkan bahwa warga mengaku jera membuat sumur sendiri. "Membuat sumur di rumah masing-masing pun, airnya tidak keluar," kata dia, Kamis (30/4).

Kepala Dusun Sukamulya, Narmin membenarkan hal tersebut. Faktor jarak yang dekat dengan tempat tinggal warga dan jumlah air yang ditampung menjadikan sumur itu andalan warga. Sumur pertama letaknya di antara sawah dan hanya disekat pagar bambu untuk mandi.

Ketika musim kemarau, kata Narmin, warga terpaksa ke Sungai Patunjang dan Kali Cikarang. Diakui dia, sulit mendapatkan air meskipun telah menggunakan pompa. Di Sungai Patunjang warga menggali cekungan-cekungan kecil untuk mendapatkan air dan membawanya pulang ke rumah. Air sungai itu mengalirkan air berwarna cokelat.

Sementara pasokan air dari PDAM tidak sampai ke lokasi karena medan yang berat sehingga sulit dipasangi pipa. Sedangkan bantuan tangki air bersih tidak pernah datang. (A-153)



Post Date : 01 Mei 2009