|
SITUBONDO - Warga yang menjadi korban mengganasnya wabah diare di Kecamatan Sumbermalang, Jatibanteng, Suboh dan Besuki, Kabupaten Situbondo masih terus berjatuhan. Sedikitnya 23 warga sejak Sabtu Sore (29/09) hingga kemarin harus dilarikan ke Puskesmas Besuki karena terserang penyakit yang diduga diakibatkan bakteri kolera itu. Rinciannya, dari Kecamatan Sumbermalang 6 orang, Suboh 10 orang, Besuki 5 orang dan Jatibanteng 1 orang. "Sejak pukul 00.00 tadi malam hingga hari ini (kemarin sekitar pukul 10.00) ada tambahan lagi 2 penderita diare," imbuh Kasi Perawat Puskesmas Besuki, Amrozi kepada RaBa. Meski demikian, kata dia, rata-rata pasien yang dibawa ke Puskesmas Besuki beberapa hari terakhir ini kondisinya tidak sekritis penderita diare di hari-hari pertama. Sehingga, tidak sampai ada yang harus dirujuk ke RSU Situbondo. Sebab, mereka sudah mendapat perawatan di Posko Kesehatan. Selain itu, Tim Dinas Kesehatan (Diskes) juga sudah malakukan langkah-langkah tertentu untuk memutus mata rantai penyebaran diare. Sehingga, baktari diare yang menyerang warga sudah tidak lagi seganas hari-hari pertama. "Namun kalau masalah volume kedatangan penderita Diare, tampaknya masih belum ada penurunan. Ini bisa dilihat dari ruangan Puskesmas Besuki yang masih terus dipadati penderita. Kalau siang memang sepi. Seperti sekarang ini. Biasanya pasien datang malam hari atau dini hari," ungkap Amrozi. Sementara itu, banyaknya penderita diare dari Kecamatan Sumbermalang mendapat perhatian serius dari Tim Diskes Provinsi maupun Kabupaten. Kemarin, Tim kembali harus naik gunung untuk memberi kaporit dan memasang Chlorine Diffuser di beberapa sumber mata air yang dikonsumsi warga. Diantara di Desa Cemara dan Tamankursi Kecamatan Sumbermalang. "Chlorine Diffuser merupakan kaporit yang bercampur pasir yang dimasukkan ke dalam tabung tertutup berlubang-lubang. Fungsinya, untuk kaporitasasi air kira-kira selama tujuh hari," terang dr Ahmad Khusnul Ibtidak, anggota Tim Diskes kepada RaBa. Menurut dia, cara ini cukup ampuh untuk memutus penyebaran wabah diare. Dia mencontohkan, penderita diare di Kecamatan Sumbermalang menurun drastis karena sumber mata air yang ada di Desa Baderan sudah diintervensi kaporit sejak Jumat lalu. "Jadi untuk mata airnya yang sudah dikaporitisasi kasusnya menurun. Seperti di Desa Baderan, Palangan dan Kalirejo. Namun, bagi sumber mata air yang belum dikaporitisasi, penderita masih ada. Seperti di Desa Cemara yang baru kita intervensi hari ini (kemarin)," terangnya. Diungkapkan, mewabahnya diare diduga kuat juga disebabkan kebiasaan warga yang mengkonsumsi air mentah. Ini terjadi karena warga merasa air yang dikonsuminya sudah aman karena dari mata air di pegunungan. Apalagi, selama ini dikenal air dari beberapa mata air di Desa Sumbermalang terkenal kesegarannya jika langsung diminum tanpa dimasak dulu. "Kalau bikin kolak misalnya, warga santannya menggunakan air mentah. Hal seperti ini sudah membudaya. Mungkin dengan adanya kejadian ini, prilaku tidak sehat warga ini akan berubah," terang mantan Kabid Pembrantasan dan Pencegehan Penyakit Diskes Situbondo itu. Diberitakan sebelumnya, jumlah penderita diare sudah berada di angka 337 orang. Bahkan empat orang dari Kecamatan Sumbermalang meninggal dunia karena tidak cepat mendapat perawatan medis. Mereka adalah Sudin, 65, warga Desa Baderan; Sanimo, 60, warga Desa Taman Kursi; Rasia, 55, warga Palalangan dan Ahmad Rozak, 7, warga Taman Kursi. (pri) Post Date : 01 Oktober 2007 |