Jakarta, Kompas - Dengan pendekatan regional, kekurangan sumber air baku di suatu daerah bisa terpecahkan. Masalah yang dihadapi, sumber-sumber air baku, antara lain waduk, sering kering di musim kemarau.
Permasalahan itu terungkap dalam diskusi inovasi aplikatif untuk Perusahaan Daerah Air Minum dalam rangkaian acara Indonesia Water & Wastewater Expo & Forum, 15-17 Januari 2013, di Jakarta.
Regionalisasi air baku akan dilaksanakan di 28 kabupaten/kota Jawa Tengah. Berbagai sumber air disatukan, diolah, lalu didistribusikan ke sejumlah daerah. ”Pemerintah provinsi mengambil alih hal-hal yang tak mungkin dilaksanakan kabupaten/kota terkait penyediaan air minum,” ujar Kepala Satuan Kerja Air Minum Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Jateng Purwandi SP.
Biaya regionalisasi, yang akan efektif tahun 2013, ditanggung pemerintah pusat sekitar Rp 7 triliun. Contoh regionalisasi, wilayah Bregas (Kabupaten Brebes, Kabupaten dan Kota Tegal, serta Kota Slawi) airnya berasal dari lima sumber. Air ditampung di reservoir induk, diolah, dan didistribusikan sebagai air bersih ke tiga daerah.
Regionalisasi, kata Purwandi, mengurangi konflik antardaerah terkait sumber air baku. ”Sebelum ada peraturan, prioritas penggunaan air tidak jelas. Semua orang bisa seenaknya memakai air dan mencemari sehingga masalah air rawan konflik,” ujar pakar hidrogeologi dari Universitas Gadjah Mada, Heru Hendrayana.
Persoalan air bersih amat penting. Target Tujuan Pembangunan Milenium (MDG) tahun 2015, yakni 75,29 persen penduduk terlayani air bersih, tahun 2009 baru tercapai 49,82 persen. Tantangan penyediaan air bersih, menurut Kepala Subdirektorat Air Baku dan Air Tanah Kementerian Pekerjaan Umum Eka N Abdi, antara lain pertumbuhan penduduk yang pesat, turunnya keandalan sumber air baku akibat sedimentasi, terjadinya konflik pemanfaatan, serta turunnya kualitas dan kuantitas air akibat kerusakan lingkungan.
Untuk penyediaan air bersih bagi masyarakat berpenghasilan rendah di perkotaan, Badan Amerika Serikat untuk Pembangunan Internasional (USAID) membuat program Air Perkotaan, Sanitasi, dan Higienis Indonesia. Harga tiap unit air yang dibayar masyarakat berkurang sedikitnya 20 persen. (ISW/K04)
Post Date : 17 Januari 2013
|