Pencurian Air Terorganisasi

Sumber:Kompas - 11 Mei 2008
Kategori:Air Minum

Jakarta, Kompas - PT Aetra, operator PAM Jaya, menghadapi pencurian air terorganisasi. Pencurian air bersih dalam jumlah besar dilakukan untuk menyuplai sejumlah kawasan dan aktivitas usaha komersial. Dampaknya, tingkat kebocoran PT Aetra mencapai 53 persen dan sangat merugikan para pelanggan resmi.

Direktur Utama PT Aetra Syahril Japarin mengungkapkan hal itu usai menganalisis pembongkaran sambungan ilegal di Rorotan, Jakarta Utara, Sabtu (10/5). Pembongkaran sambungan ilegal yang memasok ke pangkalan peti kemas, warung-warung, dan rumah-rumah penduduk, pada Jumat (9/5), merupakan penertiban kesekian kalinya.

Menurut Syahril, para pencuri diduga merupakan kelompok terorganisasi. Hal itu terlihat dari cara kerja mereka. Mereka menyodet pipa distribusi sekunder, dan menyambungnya dengan menggunakan pipa air yang terbuat dari polyethylene, dan mendistribusikan kepada puluhan pelanggan liar.

”Pipa polyethylene harganya mahal dan merupakan pipa standar untuk sambungan air bersih. Sambungannya juga rapi dan hanya dapat dilakukan oleh orang yang terlatih,” kata Syahril.

Selain itu, pencuri air juga menarik sejumlah uang kepada para ”pelanggan” untuk sambungan pertama dan iuran bulanan. Sambungan ilegal semacam ini beberapa kali ditemukan di permukiman liar dan ada juga yang di lingkungan industri.

”Banyak warga yang tertipu oleh para pencuri air yang berlagak sebagai petugas. Beberapa warga berpikir sambungan air bersihnya legal, tapi ternyata berasal dari pencurian air. Namun, ada juga yang mengetahui dan menyetujuinya,” kata Syahril.

Komisaris Utama PT Aetra Fatah Topobroto mengatakan, dirinya menyesalkan pencurian air yang juga dilakukan oleh industri dan aktivitas komersial, termasuk sebuah kantor cabang BUMN. Para pengusaha seharusnya dapat berlangganan dengan baik, tetapi justru memilih langkah yang salah.

Menurut Fatah, sejak mengakuisisi perusahaan itu dari PT Thames PAM Jaya 2007, pihaknya pernah membongkar beberapa pencurian air dengan berbagai modus. Mulai dari menyodet pipa distribusi di pinggir jalan sampai membuat beberapa sambungan ilegal sebelum meteran, dari pipa yang menuju ke lokasinya sendiri.

Pencurian air terorganisasi juga pernah dikeluhkan oleh Meyritha Maryanie, juru bicara PT Palyja, operator PAM Jaya. Menurut Meyritha, pencurian air merupakan salah satu hambatan utama penambahan debit dan tekanan air.

”Debit dan tekanan air perlu ditambah agar para pelanggan mendapat pasokan dalam jumlah cukup dan tekanan yang kuat. Namun, dengan masih adanya pencurian air, penambahan debit dan tekanan itu justru akan memperbesar jumlah air yang hilang,” kata Meyritha.

Harus diberantas

Anggota Badan Regulator PAM, Firdaus Ali, mengatakan, pencurian air secara terorganisasi harus terus diberantas. Selama ini, pencurian air menjadi penyebab utama tingkat kehilangan air di Palyja mencapai 46,59 persen dan di Aetra 53 persen.

Jika pencurian air dibiarkan, semua usaha untuk menambah pasokan air bagi pelanggan lama dan pelanggan baru akan sia-sia. Pencurian air juga memberatkan para pelanggan resmi karena mereka harus menanggung biaya investasi dan biaya produksi 100 persen air.

”Tingginya tingkat pencurian air itu membuat hanya 4.230 liter air per detik yang dapat dinikmati pelanggan PT Aetra, dari 9.000 liter air per detik yang diproduksi. Kami memilih untuk berkonsentrasi menekan tingkat kehilangan air daripada menambah suplai karena hasilnya sama saja,” kata Syahril.

Sebagai operator yang tingkat kehilangannya paling tinggi, PT Aetra mengerahkan banyak petugas untuk mencari lokasi sambungan liar dan membongkarnya. Sampai akhir 2008, kata Syahril, tingkat kehilangan air ditargetkan turun sampai di bawah 50 persen.

Syahril mengatakan bahwa pihaknya tidak akan berkompromi dengan siapa pun yang melakukan pencurian air. Jika ada pegawai PT Aetra yang terlibat, manajemen akan langsung memecatnya.

Keterlibatan pegawai untuk menciptakan atau membiarkan sambungan ilegal sangat mungkin terjadi.

Menurut Syahril, pegawai PT Aetra juga memiliki kemampuan untuk menyambung pipa dari jaringan distribusi. Keterlibatan seorang pegawai pernah terungkap pada pembongkaran jaringan di sebuah kantor cabang BUMN. Pegawai itu langsung dipecat dari tempat ia bekerja. (ECA)



Post Date : 11 Mei 2008