|
Jakarta, Kompas - Pencurian air bersih yang didistribusikan dua perusahaan asing mitra Perusahaan Air Minum DKI Jakarta, yaitu PT PAM Lyonnaise Jaya dan PT Thames PAM Jaya, dipastikan terus berlangsung. Sebab, di Jakarta masih dihadapkan pada masalah sosial dan kependudukan yang makin tak teratasi. "Pencurian air bersih itu berawal dari tuntutan masyarakat yang tidak mendapatkan air bersih. Sementara dari jaringan-jaringan air bersih tidak dapat memenuhi tuntutan tersebut," kata anggota Badan Regulator Air Minum PAM Jaya, Riant Nugroho, Sabtu (21/5). Menurut Riant, upaya menelusuri kemudian memutus sambungan-sambungan liar terhadap saluran distribusi air bersih memang patut dilakukan. Akan tetapi, akar persoalan berupa tuntutan kebutuhan masyarakat itu juga harus dapat dipenuhi. Riant menduga, selain di wilayah Pejagalan, Jakarta Utara, masih banyak di tempat lain yang membuka saluran liar untuk mencuri air bersih itu. Di antaranya, Riant menduga di wilayah sekitar jembatan Tomang, Jakarta Barat, ada saluran liar terhadap pipa distribusi air bersih PT PAM Lyonnaise Jaya (Palyja). Adanya masalah sosial dan kependudukan yang menimbulkan pencurian air bersih itu di antaranya akibat pembiaran terhadap warga yang menempati tanah negara bukan untuk permukiman. Pencurian yang sering dilakukan tidak hanya terhadap persediaan air bersih, tetapi juga listrik. Instansi pemerintah yang berwenang hendaknya didorong untuk mengurus persoalan sosial dan kependudukan yang ada sekarang. Selanjutnya, menurut Riant, instansi pemerintah didorong pula untuk meninjau kembali kontrak kerja sama PAM Jaya dengan dua mitra perusahaan asing, PT Palyja dan PT Thames PAM Jaya (TPJ), di antaranya untuk makin menunjang pembukaan jaringan air bersih seluas-luasnya. "Kalau jaringan air bersih itu menjangkau setiap warga yang membutuhkan, tak perlu ada pencurian-pencurian lagi," kata Riant. Riant juga menyinggung masalah ketersediaan air baku untuk keperluan PAM Jaya. Saat ini masalah ketersediaan air baku untuk Jakarta makin diimpit berbagai kendala. Ketersediaan air baku dari Waduk Jatiluhur, menurut Riant, hingga kini akan terus berkurang dengan adanya pengurangan debit air itu untuk irigasi di sepanjang saluran tersebut. Selanjutnya, ketersediaan air baku dari Sungai Cisadane, Tangerang, akan makin terhambat dengan kebutuhan warga Tangerang sendiri yang terus meningkat. "Masalah sosial harus diselesaikan terlebih dahulu. Kalau tidak, kondisi ketersediaan air bersih di Jakarta akan membahayakan," kata Riant. (NAW) Post Date : 23 Mei 2005 |