Penanganan Banjir Masih Tambal Sulam

Sumber:Indo Pos - 05 Januari 2007
Kategori:Banjir di Luar Jakarta
SEMARANG-Keseriusan Pemkot dalam penanganan banjir yang menjadi problem pokok kota Semarang dipertanyakan dewan. Pasalnya penanganan banjir melalui anggaran normalisasi sungai, rehabilitasi dan pemeliharaan normalisasi saluran sungai, dan program pengendalian banjir sebesar Rp 22 miliar tetap dianggarkan dalam RABPD 2007. Padahal pada anggaran APBD sebelumnya, penanganan banjir sudah sering dianggarkan.

Pendapat tersebut disampaikan Fraksi Partai Amanat Nasional (PAN) DPRD kota Semarang dalam pandangan umumnya terhadap penyampaian nota keuangan RAPBD 2007. Sorotan tersebut mengemuka karena dari kenyataaan di lapangan, F PAN melihat belum ditemukan ada perbaikkan yang signifikan.

"Apakah Pemkot benar-baner serius dalam menangani banjir dan rob di kota Semarang, mohon diberikan penjelasan beserta bukti daya yang signifikan," kata Dawud Budiyatno, sekretaris F PAN saat menyampikan pandangan umum fraksi dalam sidang paripurna DPRD kota Semarang,Kamis (4/1).

Menyikapi sorotan FPAN, Walikota Sukawi Sutarip mengatakan penanganan banjir diperlukan biaya yang cukup besar, mencapai trilyunan rupiah. Tidak cukup hanya Rp 5 miliar setiap tahunnnya. Dana yang dianggarkan setiap tahun di APBD hanyalah penanganan banjir dan perbaikan infrastruktur yang bersifat tambal sulam.

"Kita sangat serius menangani banjir, hanya saja butuh dana trillyunan rupiah untuk mengatasi banjir sekaligus, tapi kita tidak punya dana sebanyak itu, PAD kita setahunnya cuma sekitar Rp 1 trilyun," kata Sukawi pada wartawan kemarin.

Untuk penanganan banjir, Sukawi mengatakan ada dua cara yang dilakukan Pemkot, yaitu penanganan daerah Semarang atas dan penangaan daerah Semarang Bawah. Cara pertama, daerah Semarang atas, dibuat waduk atau embung -embung kecil yang jumlahnya antara 10 sampai 100 embung. Di daerah aliran suangai dibuat cekdam -cekdam sehingga aliran air sungai dari hulu ke hilir tidak terlampau deras. Berikutnya mempertahankan daerah konservasi di Semarang atas dan menggalakan penghijauan.

"Jangan salah, daerah Semarang atas yang dimaksud itu termasuk juga daerah Ungaran. Soal waduk harusnya tidak hanya ada satu waduk Rawa Pening, harusnya dibuat waduk lagi, sehingga aliran air tidak turun terlalu deras, " ujarnya.

Untuk penanganan Semarang bawah, Sukawi mengatakan penanganan yang dilakukan melalui normalisasi sungai di 21 subsistem sungai , pemasangan pompa di muara laut. Normalisasi mulai dari Sungai Bringin di Mangkang sampai Sungai Babon, di Genuk, seangkan pemasangan pompa diletaknya di wilayah Semarang Utara yang tanahnya sudah di bawah permukaan laut.

"Sementara model tambal sulam dulu, lagipula selama 4 tahun ini, musibah banjir relatif sudah tertangani. Nah kalau kita tuntaskan banjir dengan dana trilyunan, wah kita bisa tidak makan berapa tahun? " ujar Sukawi.

Sukawi menambahkan penanganan secara komperehnsif dengan mengajak kerjasama pemerintah daerah di wilayah Kedungsapur juga belum bisa dilakukan. PAD dari wilayah Kedungsapur tak mampu menyangga penanganan banjir secara total. Pasalnya PAD mereka per tahunnnya malah di bawah PAD kota Semarang. (dhi)



Post Date : 05 Januari 2007