Penampungan Air Hujan Warga Gunung Kidul Telah Penuh

Sumber:Kompas - 08 April 2008
Kategori:Air Minum

Gunung Kidul, Kompas - Menjelang datangnya musim kemarau, warga Kabupaten Gunung Kidul telah mempersiapkan pasokan air sebagai cadangan ketika terjadi bencana kekeringan. Saat ini tempat penampungan air hujan atau PAH milik warga telah penuh terisi air.

Warga Desa Jepitu, Girisubo, Sarimin (45), misalnya, memiliki tiga PAH yang masing-masing sudah terisi 10.000 liter air. PAH tersebut dia bangun pada tahun 1972, 1985, dan 1990. "Sengaja menampung sebanyak mungkin air supaya tidak harus beli air," katanya, Senin (7/4).

Apalagi harga air di musim kemarau memang cukup mahal. Tahun lalu Sarimin harus membeli dua tangki air yang masing-masing seharga Rp 80.000. "Terpaksa sampai menjual kambing karena kemaraunya panjang," tuturnya.

Sebelumnya Bupati Gunung Kidul Suharto sempat mengutarakan kegembiraan karena hingga April hujan masih sering turun di Gunung Kidul. Jika tahun lalu, dropping air mulai dipersiapkan sejak April, kali ini belum ada wilayah yang mengalami kekeringan.

Bahkan sebagian petani masih bisa menanam padi untuk kedua kali tahun ini. "Hingga kini hujan masih turun. Semoga perubahan iklim global justru bisa berdampak positif ke pertanian Gunung Kidul," kata Suharto.

Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Gunung Kidul Eko Subiantoro menambahkan, musim kering memang sudah menjadi siklus tahunan sehingga harus diantisipasi. Saat ini telah tersedia 16 mobil tangki untuk dropping air yang siap sedia di setiap kecamatan.

Sebanyak 12 dari 18 kecamatan di Gunung Kidul termasuk rawan kekeringan. Hanya enam kecamatan yang tidak membutuhkan dropping air, antara lain Kecamatan Ponjong, Wonosari, dan Semanu.

Meskipun warga telah memiliki PAH di rumah masing-masing, kapasitas penampungan air tersebut tergolong masih kecil. Mayoritas PAH hanya berkapasitas 15 meter kubik dan bisa bertahan 4-5 bulan. Padahal musim kemarau bisa mencapai hingga sembilan bulan.

Ke depannya, lanjut Eko, pemerintah kabupaten akan memprogramkan pembangunan PAH dengan kapasitas hingga 50 meter kubik. Kapasitas tersebut diyakini bisa bertahan sebagai pasokan air hingga delapan bulan.

Selama musim penghujan kegiatan penghijauan terus digalakkan. Selain itu, pembuatan embung supaya air tertahan dan tidak lari ke sungai bawah tanah juga digiatkan. (WKM)



Post Date : 08 April 2008