|
BALAI KOTA - Dua dari empat kelurahan yang diproyeksikan memperoleh peralatan pemurni air (water purifier) sudah siap ditempati. Kedua kelurahan itu, yakni Mangunharjo (Tugu) dan Bandarharjo (Semarang Utara). ’’Pada kedua kelurahan itu, pembangunan rumah untuk water purifier sudah selesai 100 persen,’’ kata Kepala Dinas Kesehatan Kota (DKK) Semarang, dokter Tatik Suyarti MKes. Fasilitas water purifier merupakan bantuan Pusat Penanggulangan Krisis (PPK) Departemen Kesehatan. Bantuan itu diberikan ke sejumlah kabupaten/kota se-Indonesia, terutama yang berada di wilayah pantai atau mengalami kesulitan air bersih. Di Provinsi Jawa Tengah, bantuan diberikan kepada 11 kabupaten/kota, termasuk Kota Semarang. Kamis (27/1), DKK menggelar rapat untuk membahas alat ini. Rapat dihadiri unsur DKK, kecamatan, dan kelurahan. ’’Perwakilan warga yang akan menerima bantuan itu memang belum diundang,’’ ujarnya. Tatik menjelaskan, untuk Kota Semarang bantuan diberikan pada empat kelurahan, yakni Mangunharjo (Tugu), Bandarharjo (Semarang Utara), Tambakrejo (Gayamsari), dan Trimulyo (Genuk). ’’Untuk Tambakharjo dan Trimulyo, pembangunan rumah pengolah air itu baru mencapai 50 persen,’’ imbuhnya. Kapasitas Sementara Sekretaris Penanganan Bencana DKK, Tuti Ekawati menjelaskan, peralatan pengolahan air payau menjadi layak konsumsi itu nantinya akan dikelola oleh masyarakat setempat. Terkait itu, pihaknya akan mengundang PT Farba Teknindo sebagai supplier peralatan itu untuk memberikan semcam bimbingan teknis pada warga. ’’Kehadiran PT Farba Teknindo juga sekaligus untuk melakukan setting water purifier,’’ kata Kasi Promosi Kesehatan dan Infokes DKK tersebut. Dikatakan, bantuan Depkes itu mampu mengolah air yang berasal dari sumur gali atau sungai menjadi layak minum. Fasilitas itu menggunakan teknologi osmosis balik (reverse osmosis) untuk mengolah air payau. Dengan teknologi tersebut, air payau yang berasal dari sumur warga akan bisa diolah menjadi layak konsumsi. ’’Setiap unit memiliki kapasitas produksi 5.000 galon per 10 jam. Untuk produksi sebanyak itu, diperlukan BBM senilai Rp 100 ribu,’’ ungkapnya. (H9,H22-18) Post Date : 28 Januari 2009 |