|
BANDUNG -- Mulai tahun ini, Pemprov Jabar akan kembali menata TPA Leuwigajah seluas 80 hektare. Wakil Gubernur Jabar, Nu'man Abdul Hakim, berjanji akan menerapkan sistem sanitary landfill pada TPA yang sempat menimbulkan bencana longsor itu. Nu'man menyatakan, lahan yang akan digunakan lokasi pengolahan sampah itu, dipastikan jauh dari rumah penduduk. Melalui dana kompensasi yang telah ditanggung oleh Pemprov Jabar, Pemkab dan Pemkot Bandung, serta Pemkot Cimahi sebesar Rp 50 miliar, sambung dia, membuat warga tidak lagi memiliki sebagian kawasan TPA Leuwigajah. Rencananya, tutur Nu'man, lahan TPA Leuwigajah tersebut akan ditutup dengan benteng. Ia menandaskan, ke depannya, warga tidak bisa berinteraksi dengan sampah yang akan diolah di TPA Leuwigajah. ''Soalnya pada TPA Leuwigajah nanti, akan diterapkan sanitary landfill,'' ujarnya kepada wartawan di Gedung Sate, Bandung, Senin (8/1). Menurut Nu'man, melalui sistem sanitary landfill, maka TPA tersebut sama sekali tidak akan menimbulkan pencemaran ke lokasi pemukiman warga. Soalnya, tutur dia, mulai dari licit dan tumpukan sampahnya akan diolah melalui sistem tersebut. Pihaknya menilai, lokasi TPA Leuwigajah memang layak dijadikan tempat pengolahan sampah. Nu'man mengungkapkan, musibah bencana yang ditimbulkan dari TPA Leuwigajah, belum lama ini, merupakan kesalahan sistem pengolahannya, bukan lokasinya. Untuk itu, menurut Nu'man, dalam mengoperasikan kembali TPA Leuwigajah, tentu akan menerapkan sistem yang profesional dan aman. Diakuinya, sistem sanitary landfill akan membutuhkan biaya yang besar. Kebutuhan dana tersebut, lanjut dia, akan dikerjasamakan dengan investor. Setelah dipastikan akan menerapkan sanitary landfill, sambung Nu'man, pemprov tinggal menyiapkan proyeksi pemanfaatan sampah tersebut. ''Apakah akan dijadikan sumber listrik atau sampah,'' katanya menambahkan. Kepala BPLHD Jabar, Agus Rahmat mengatakan, penataan TPA Leuwigajah itu, akan dilengkapi analisis mengenai dampak lingkungan (amdal). Kajian amdal tersebut, sambung dia, bertujuan untuk menghindari dampak negatif dari TPA tersebut. Bahkan, lanjut Agus, potensi gas metan dari TPA Leuwigajah akan dikaji secara komperehensif. ''Studi lingkungannya harus matang agar TPA tersebut akan bermanfaat, menguntungkan, dan aman,'' ujarnya. Sementara itu, Nu'man meminta Pemkot Bandung segera menangani tumpukan sampah yang terjadi di Kota Bandung. Ia menyarankan Pemkot Bandung mengganti PD Kebersihan menjadi satuan kerja setingkat dinas. Nu'man menjelaskan, sangat tidak wajar bila sampah di Kota Bandung bertumpuk lagi. Soalnya, ia menegaskan, Pemprov Jabar dan Perhutani sudah menyediakan lahan untuk menampung sampah Kota Bandung di TPA Sarimukti, Kecamatan Cipatat, Kabupaten Bandung, seluas 21 hektare. TPA Babakan Ciparay Diblokir Warga Dari Soreang dilaporkan, TPA Babakan, Kecamatan Ciparay, masih diblokir warga sekitar. Pasalnya, sejak satu minggu yang lalu, air irigasi yang mengalir melalui Sungai Cicangkri, tercemar limbah dari air lindi TPA tersebut. Berdasarkan pantauan Republika, Senin (8/1), air irigasi dari Sungai Cicangkri tersebut, dibendung warga, tepatnya di pintu air Babakan. Alasannya, supaya air dari Sungai Cicangkri bisa masuk ke pesawahan warga. Menurut salah satu warga Desa Babakan, Hasan (40 tahun), sebenarnya pemblokiran TPA tersebut, akibat dari air lindi yang mencemari sungai. Bila hal itu terus dibiarkan, maka warga sekitar akan mengalami kesulitan air untuk mengairi sawah. Pemblokiran TPA tersebut, lanjut Hasan, akan berakhir bila Pemkab Bandung mau memenuhi tuntutan warga. Tuntutan warga tersebut adalah agar air lindi tidak mencemari aliran sungai. Bupati Bandung, Obar Sobarna, mengatakan, pihaknya telah melakukan koordinasi dengan camat Ciparay dan tokoh masyarakat. Ia menyebutkan, pihaknya melalui Dinas Kebersihan telah mengganti ikan mati milik warga. san/win Post Date : 09 Januari 2007 |