Surabaya, Kompas - Potensi mata air Umbulan di Kabupaten Pasuruan berkapasitas 4.000 liter per detik, tetapi baru 10 persen yang dapat dimanfaatkan. Karena itu, pada tahun 2010 Pemerintah Provinsi Jawa Timur dan lima kabupaten/kota sepakat membangun infrastruktur air minum, yang sempat terhambat selama 40 tahun akibat persoalan biaya.
Untuk itu, dalam waktu satu bulan Departemen Pekerjaan Umum akan menerjunkan tim peneliti untuk mengkaji rencana pengembangan mata air Umbulan. Kepala Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya dan Tata Ruang Pemprov Jatim Budi Susilo mengatakan, pengembangan mata air Umbulan sempat terhambat karena transmisi dan distribusi membutuhkan biaya tinggi.
"Transmisi pipa pembawa air membutuhkan dana Rp 1,5 triliun, sedangkan kebutuhan distribusi air sebesar Rp 840 miliar," ucapnya, Selasa (14/7) di Surabaya.
Akibat tingginya biaya infrastruktur tersebut, potensi mata air Umbulan tidak termanfaatkan. Hanya sekitar 10 persen air yang dapat dinikmati masyarakat, selebihnya hanya terbuang sia-sia ke laut.
Sementara itu Deputi Sarana dan Prasarana Bappenas Dedi Priyatna mengatakan, investor kurang tertarik pada proyek mata air Umbulan karena mereka mematok harga air tinggi kepada PDAM agar menutup biaya modal transmisi sebesar Rp 1,5 triliun.
Menanggapi hal itu, Dirut PDAM Kota Surabaya M Selim mengatakan seharusnya penyediaan air minum sebagai kebutuhan pokok tidak didasarkan pada persoalan untung dan rugi.
Sementara itu 3.000 keluarga di tujuh kelurahan di Surabaya memperoleh pemasangan instalasi air bersih gratis dari PDAM Kota Surabaya melalui program Global Partnership-Output Based Aid (GP OBA) Air Minum. Ketujuh kelurahan itu adalah Morokrembangan, Sambi Kerep, Putat Jaya, Sememi, Karah, Rangkah, dan Dukuh Menanggal. (ABK/DEE)
Post Date : 15 Juli 2009
|