|
[JAKARTA] Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta telah menyiapkan early warning system (sistem peringatan dini) untuk mengantisipasi banjir di wilayah Ibukota. Sistem peringatan dini tersebut, dilakukan dengan menempatkan stasiun pengamatan pemantau air di tujuh hulu sungai yang bermuara ke wilayah Jakarta dan mengendalikan 16 pintu air guna menghindari genangan di 34 titik potensial. "Pengamatan kami lakukan dari hulu sungai agar peringatan dini dapat diberikan kepada pihak terkait secepatnya dan dapat dilakukan tindakan untuk mengantisipasi kemungkinan banjir," kata Kepala Dinas Pekerjaan Umum (DPU) DKI Jakarta, Wishnu Subagio, dalam jumpa pers seusai Rapat Musyawarah Pimpinan Daerah (Muspida) untuk mengantisipasi Banjir, di Balai Kota, Rabu (8/11). Menurut dia, tujuh hulu sungai yang diamati adalah Ciledug dengan daerah aliran sungai (DAS) Kali Angke, Sawangan, DAS Kali Pesanggrahan, Ciganjur, DAS Kali Krukut, Katulampa, DAS Kali Ciliwung, Depok, DAS Kali Ciliwung, Cimanggis, DAS Kali Cipinang, dan Pondok Rangon, DAS Kali Sunter. Lamanya waktu aliran sungai dari ketujuh hulu tersebut menuju Jakarta, berkisar antara empat sampai enam jam. "Jadi, kalau ketinggian permukaan air di hulu sudah diketahui dan mengkhawatirkan, kita bisa lakukan peringatan dini dan pengendalian di 16 pintu air di Jakarta yang terhubung dengan tujuh hulu sungai tersebut," ujar Wishnu. DPU DKI juga menyiapkan peralatan, seperti 268 pompa air, 42 di antaranya adalah pompa mobile, 37.500 karung pasir, sembilan alat berat, dan 51 posko banjir. Sementara itu, Muspida DKI juga menyiapkan 27.230 personel terlatih untuk antisipasi penanganan banjir. Semua personel itu, berada di bawah koordinasi Dinas Ketentraman dan Ketertiban (Tramtib) DKI Jakarta. "Selain aparat, kami juga mengaktifkan sarana dan prasarana berupa 306 perahu karet, 162 tenda untuk pengungsi, 323 lokasi pengungsian, 134 ambulans, dan 242 dapur umum," kata Kepala Dinas Tramtib DKI Jakarta, Haryanto Badjoeri. Puncak Hujan Sementara itu, Kepala Pusat Sistem Data Informasi Klimatologi dan Kualitas Udara BMG DKI, Suroso mengatakan, musim hujan di wilayah DKI dimulai pada November 2006 dan akan mencapai puncak pada Januari 2007. "Puncak curah hujan akan terjadi selama 10 hari di akhir Januari sampai awal Februari 2007. Hal ini dapat menimbulkan banjir di kawasan yang rawan, tetapi tidak akan separah banjir di 2002," kata Suroso. Menurut dia, pada November 2006, curah hujan yang cukup tinggi terjadi di wilayah Jakarta Selatan dan sebagian wilayah Jakarta Pusat. Baru pada Minggu kedua Desember 2006, curah hujan tinggi akan merata di seluruh wilayah Jakarta. Terkait dengan dimulainya musim hujan di Ibukota, Gubernur DKI Jakarta, Sutiyoso mengimbau warga yang berada di kawasan rawan banjir agar waspada. [J-9] Post Date : 09 November 2006 |