[TANGERANG] Pemprov DKI tengah mempersiapkan sejumlah alternatif sistem pengolahan yang bakal digunakan di tempat pengolahan sampah Ciangir, Kecamatan Legok, Kabupaten Tangerang.
Sistem tersebut diadopsi dari sejumlah negara maju dan melibatkan sebanyak 14 ahli lingkungan persampahan dari berbagai perguruan tinggi negeri di Indonesia. Meski demikian, Pemkab Tangerang masih belum menyetujui sistem apa yang akan digunakan karena pihak Pemkab masih bersikeras agar dalam pengolahan sampah Ciangir tetap menggunakan sistem incenerator.
"Kita menitikberatkan pada pengolahan sampah yang dapat menghasilkan energi dan menuju sampah tidak bersisa," ujar Sodiq Suhardianto, tim konsultan pada Dinas Kebersihan Pertamanan dan Pemakaman DKI kepada SP, Minggu (24/5).
Menurut Sodiq, sistem pengolahan sampah yang akan digunakan di Ciangir Tangerang dipastikan akan mengaju pada sistem standar dunia dimana sampah yang tersisa menuju nol (waste to zero) dan sampah yang menghasilkan energi.
Namun, dia mengakui, sistem ini cukup mahal sementara dana yang tersedia terbatas. Mengacu pada pengolahan sampah di Bantar Gebang, Bekasi, DKI hanya mampu menyediakan biaya pengolahan (tipping fee) sebesar Rp 100.000 per ton.
Oleh karena itu, hingga kini masih dicari formula agar biaya pengolahan yang tersedia dapat dimaksimalkan pemanfaatannya dengan menghasilkan energi yang lebih banyak sehingga bisa mengurangi biaya pengolahan dan dapat menyisihkan sebagian dana untuk community development masyarakat setempat.
Lebih lanjut, Sodiq mengatakan, sistem pengolahan yang digunakan di negara Eropa, terutama Jerman menjadi alternatif utama karena dapat menghasilkan energi sekitar 80%. Selain itu, sampah juga diolah di tempat tertutup dan mengurangi pencemaran lingkungan sekitar.
Sistem ini disebut juga Anaerobic Composting tempat sampah yang akan diolah dimasukkan dalam satu reaktor yang kemudian diubah menjadi energi gas, listrik dan bahan bakar pengganti (refuse derived fuel). sistem yang akan diterapkan ini salah satunya yang menjadi bahan kajian para ahli tersebut.
Jika menggunakan sistem ini, biaya pengolahan sampah akan menghabiskan dana Rp 200 miliar untuk instalasi yang memiliki kapasitas lima ton sampah. Rencananya, di TPST Ciangir sekitar 2.500 ton sampah akan diolah setiap harinya.
Untuk mewujudkan terbangunnya sistem pengolahan sampah di Ciangir, Pemprov DKI, menyiapkan sekitar 14 ahli teknologi lingkungan khusus persampahan. Mereka berasal dari ITB, UGM, UI, dan ITS akan mengkaji metode dan teknologi terbaru pengolahan sampah dan mencari sistem yang paling efisien dari sisi pengolahan dan output yang menguntungkan dari tempat sampah tersebut.
Dikatakan, para ahli tersebut akan bekerja sesuai dengan bidangnya seperti ahli incenerator, komposting, hingga teknik lingkungan. [132]
Post Date : 25 Mei 2009
|