PEMERINTAH Provinsi DKI Jakarta dinilai lamban mengatasi masalah sampah yang mengotori sungai. Hingga kini, setidaknya ada 109 titik tumpukan sampah menyumbat Kali Ciliwung.
Data Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) DKI Jakarta menyebutkan, dari 109 titik tumpukan sampah di Kali Ciliwung, baru 12 titik yang tertangani. Sisanya masih tersebar di 75 kelurahan sepanjang Ciliwung. Ironisnya, tumpukan sampah itu tidak bisa diakses oleh truk-truk pengangkut sampah, sehingga sulit ditangani.
Pemerhati masalah lingkungan hidup, Poltak Sitinjak mengatakan, Pemerintah DKI Jakarta perlu memikirkan upaya yang efektif dan efisien untuk mengatasi sampah di aliran sungai. “Pemeliharaan aliran sungai sangat penting untuk meminimalisasi menumpuknya sampah yang terbawa arus,” kata Poltak, Minggu (27/6).
Dikatakan, sedikitnya 76.383 meter kubik sampah diangkut setiap hari dari sejumlah kali yang mengalir di ibu kota. Sampah-sampah itu diangkat dari sejumlah saringan sampah otomatis yang dipasang di 17 lokasi.
Poltak memprediksi, banjir tahunan masih akan terus mengancam akibat tumpukan sampah di sepanjang aliran sungai. Maka itu, selain mengintensifkan pengerukan sungai dan pembangunan pompa, pemasangan saringan sampah menurutnya juga harus diperbanyak. "Jika mengacu pada standar ideal, saringan sampah yang sudah terpasang, jumlahnya masih kurang," katanya.
Sementara itu, Kepala Bidang Pengelolaan Sumber Daya Air Dinas Pekerjaan Umum DKI Fahrurrozi mengatakan, tahun ini penambahan saringan sampah otomatis akan dilakukan. Saringan itu mulai digunakan di Jakarta sejak tahun 2004. “Sebelumnya hanya ada 14 titik. Baru-baru ini ditambah lagi di tiga lokasi: di Cipinang, Cililitan, dan Cawang. Saringan sampah ini sangat penting untuk mengurangi banjir," katanya.
Fahrurrozi mengungkapkan, saringan sampah di Kali Angke Pesing saat ini masih manual. Rencana, akan diganti saringan otomatis. Selain itu Pemprov berencana akan mengganti saringan sampah di Kramat Sentiong. “Namun semua itu baru akan diusulkan dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) perubahan 2010,” katanya.
Menurutnya, pengadaan saringan sampah tidak bisa dilakukan serentak. Sebab, anggaran yang dibutuhkan sangat besar. Harga satu saringan sampah otomatis mencapai Rp9 miliar.
Beberapa lokasi yang belum dipasangi saringan sampah otomatis antara lain di Kali Krukut, Sunter, dan Jatikramat. Sejumlah muara sungai di laut juga banyak yang belum dipasangi. “Padahal, menghadang sampah sangat penting agar tidak masuk ke laut. Begitu juga di sejumlah titik pertemuan sungai dengan Banjil Kanal Timur,” katanya. Fauzan Hilal
Post Date : 28 Juni 2010
|