|
Malang, Kompas - Pemerintah Kota Tangerang Selatan mengevaluasi kemungkinan pengangkutan sampah di wilayahnya dengan melibatkan pihak ketiga. Program itu direncanakan menggunakan sistem alih daya. Cara lain dengan membangun bank sampah di semua kecamatan dan kelurahan. Produksi sampah masyarakat dan industri di Tangsel mencapai 1.600 meter kubik per hari. ”Jika aturannya memungkinkan penyelenggaraan outsourcing untuk pengangkutan sampah, kami memilih menggunakan tenaga mereka,” kata Wali Kota Tangsel Airin Rachmi Diany dalam kunjungan kerja ke TPA Talang Agung, Kepanjen, Kabupaten Malang, Jawa Timur, Jumat (2/11). Airin didampingi Staf Ahli Pembangunan Kota Tangsel Nur Slamet, Kepala Bappeda Dendy Priyandana, dan Kepala Dinas Kebersihan Chaerul Soleh. Airin mengatakan, penggunaan sistem alih daya dapat digunakan untuk pengangkutan sampah di jalan protokol. Sementara untuk pengangkutan di setiap kecamatan, kelurahan, serta tingkat RT dan RW ditangani masing-masing wilayah. ”Daripada pengadaan truk sampah dalam jumlah banyak dan membutuhkan pemeliharaan dengan anggaran besar lebih baik dikerjasamakan dengan outsourcing saja,” ujarnya. Airin juga menyatakan tertarik untuk memberlakukan sistem bank sampah seperti yang dilakukan Kota Malang. ”Sistem ini sangat baik untuk menambah ekonomi warga dan mewujudkan Kota Tangsel yang bersih dan sehat,” kata Airin. Kepala Dinas Kebersihan Kota Malang Wasto mengatakan, bank sampah yang dimulai tahun 2011 itu dikelola koperasi. Saat ini 6.600 warga terlibat sebagai penggerak bank sampah. Bank sampah, kata Wasto, menampung sampah non-organik seperti plastik, kertas, dan besi. Sampah itu ditampung, dicuci, digiling sehingga bisa dijual lagi ke pabrik. Warga menjual sampah ke bank sampah. Uang tersebut disimpan di bank. Jika uang itu tidak diambil dalam waktu sebulan, pihak bank sampah memberikan bonus Rp 100 per hari. (PIN) Post Date : 04 November 2012 |