|
CIMAHI – Pemerintah Kota Cimahi terus berupaya merealisasikan proyek pembangunan Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPA) Mandiri di eks lahan TPA Leuwigajah. Pemkot mengungkapkan potensi sampah di Kota Cimahi mencapai 200 ton dalam satu hari. Untuk mengelolanya di TPA Sarimukti di Kabupaten Bandung Barat, dibutuhkan anggaran dari APBD sebesar Rp11 miliar per tahun. “Itu sangat berat,dari mulai penarikan, pengumpulan, pengangkutan, hingga retribusi per ton sampah yang harus dibayarkan ke TPA Sarimukti,” kata Staf Ahli Bidang Pemerintahan,Kesejahteraan, dan Infrastruktur, Didi Djamhir di ruang kerjanya, kemarin. Tidak hanya berencana mengaktifkan kembali lahan TPA eks Leuwigajah dengan membangun Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) Mandiri atau dikenal TPA Mandiri, Pemkot sedang mempelajari beberapa tawaran konsep pengelolahan sampah terpadu melalui pendekatan teknologi Intermediate Treatmeant Facility (ITF) yaitu pengelolahan sampah berbasis teknolgi yang ramah lingkungan dan mampu menghasilkan energi dari kandungan metan sampah. “Cimahi akan menjadi kota pertama di Asia yang akan menerapkan teknolgi tinggi ITF dalam pengelolahan sampah ini,”ujar Didi. Menurut dia,ada dua teknologi pengelolaan sampah yang berpeluang diaplikasikan di Kota Cimahi. Pertama, kerja sama yang ditawarkan oleh pemerintah pusat melalui Kementerian Pekerjaan Umum (PU) dengan menggandeng Perusahaan asal Denmark,Aikan Technology. “Tim Denmark sudah menawarkan dan melakukan pembahasan, juga sudah ke lokasi (Leuwigajah),” ungkapnya. Akantetapi,teknologipengelolahansampahdariperusahaan asal Eropa ini, kata Didi,hanya mampu mengelola sampah domestik dengan ramah lingkungan. Caranya,membangun instalasi-instalasi raksasa yang dapat mengantisipasi dampak lingkungan dari TPST ini. Peluang kedua ditawarkan oleh PT.Medco bersama tim ahli dari Institut Teknologi Bandung (ITB).Walaupun sama-sama menggunakan proses fermentasi dalam pengelolahan sampah, akan tetapi, Medco dan ITB menawarkan teknologi pengelolahan sampah yang bisa menghasilkan metan sampah agar menjadi energi yang terbarukan, seperti listrik. ” Kedua peluang ini akan kita jajaki dan dalami secara serius,bukan hanya wacana,tetapi sudah mengarah kesana (pembangunan TPST),” tuturnya. Terkait penolakan warga Cireundeu atas rencana pembangunan TPA, Didi berjanji akan berupaya meyakinkan masyarakat. Sebap, persoalan sampah harus diselesaikan secara bersama-sama. Didi menambahkan, ketakutan yang dirasakan masyarakat adat Cireundeu adalah wajar. “Akan tetapi, kebutuhan masyarakat untuk memfungsikan kembali lahan tersebut juga perlu dipikirkan,”kata Didi. Kepala Bidang Dinas Kebersihan Dodi Mulyadi menambahkan, kebutuhan TPST Leuwigajah adalah keharusan karena TPA Sarimukti sudah tidak mampu lagi menampung sampah.“ Perlu untuk mengantisipasi overcapacitysampahdiSarimukti, untuk itu lahan Luewigajah diperlukan,”ujar Dodi. agung bakti sarasa Post Date : 01 Maret 2012 |