|
BEKASI --Sedikitnya terdapat 26 titik rawan banjir dari sepuluh kecamatan di Kota Bekasi. Pemerintah Kota (Pemkot) Bekasi kini tengah mempersiapkan diri untuk mengantisipasi bahaya banjir. Ini lantaran musim hujan telah tiba. Menurut Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Bekasi, Tjandra Utama, persiapan tersebut melalui pembentukan tim khusus. Tim pengendali banjir tersebut saat ini melakukan penyediaan perahu karet, posko banjir dan logistik. Selain itu, Pemkot Bekasi juga melakukan pembenahan saluran air yang dilakukan dinas terkait. Tim pengendali banjir ini berada di bawah koordinasi Dinas Sosial Kota Bekasi. Berdasarkan catatan Pemkot Bekasi, sedikitnya terdapat 26 titik rawan banjir dari sepuluh kecamatan di Kota Bekasi dengan luas wilayah sekitar dua puluh ribu hektar. Pada setiap musim penghujan seluruh titik rawan tersebut menjadi langganan bencana banjir. Tjandra juga mengatakan bahwa sebenarnya di Kota Bekasi terdapat 58 titik rawan banjir. Namun hanya 26 titik saja yang perlu dipantau dan ditangani secara serius pada setiap musim penghujan. Daerah rawan banjir di kota Bekasi meliputi, Perumahan Jatibening, Jatibening II, Perumahan Antilove, Antilove IKIP, Ngasio, Villa Jatiasih, Pool PPD, Universitas Islam 1945 (Unisma), Kali Bekasi dan beberapa tempat lainnya. Tjandra juga menghimbau warga untuk melakukan kegiatan pembersihan saluran air di sekitar tempat tinggalnya masing-masing, yang dapat dilakukan secara mandiri atau berkelompok. Pemkot Bekasi memiliki dana terbatas untuk memperbaiki seluruh saluran air. ''Oleh karena itu perlu partisipasi dari warga Kota Bekasi,'' tegasnya. Selain mewaspadai bahaya banjir, di musim penghujan ini warga juga diminta untuk berjaga-jaga terhadap wabah demam berdarah. Kepala Dinas Kesehatan Kota Bekasi, Bambang Djati Santoso, mengatakan untuk wilayah Kota Bekasi terdapat tiga daerah yang rawan penyebaran demam berdarah. Sedangkan sepuluh kecamatan lainnya bukan merupakan daerah yang rawan penyebaran, meski perlu terus dipantau. Ketiga kecamatan yang rawan penyebaran demam berdarah tersebut, terdiri dari Kecamatan Bekasi Barat, Kecamatan Bekasi Timur dan Kecamatan Pondok Gede. Pada tahun lalu tercatat, untuk Kecamatan Bekasi Barat terdapat 495 penderita demam berdarah dan 8 meninggal dunia, Kecamatan Bekasi Timur terdapat 467 penderita, 7 meninggal, dan Kecamatan Pondok Gede terdapat 348 penderita, 3 meninggal dunia. Untuk mencegah penyebaran wabah demam berdarah dengue (DBD), lanjut Bambang, sudah dilakukan oleh dinas kesehatan secara berkala. Salah satunya dengan mensosialisasikan tindakan gerakan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN). Selain itu, juga dilakukan koordinasi dengan petugas-petugas kesehatan di tingkat kecamatan. Hal ini dilakukan dengan cara memanggil seluruh kepala puskesmas di kota Bekasi untuk mendengarkan penjelasan serta melakukan antisipasi terhadap penyebaran wabah demam berdarah. Dinas Kesehatan juga telah melakukan koordinasi ke 217 sekolah di kota Bekasi melalui pelatihan tenaga UKS untuk lebih mengenal gejala demam berdarah. Kegiatan ini dilakukan untuk lebih mempercepat pertolongan bagi siswa yang mungkin terindikasi demam berdarah. Untuk mewaspadai wabah ini, Bambang menghimbau kepada warga untuk melakukan tindakan menguras, menutup dan mengubur barang bekas (3M). Selain itu, masyarakat perlu mulai membiasakan diri untuk hidup dengan pola yang sehat. Laporan : c26 Post Date : 26 November 2004 |