|
Bandung, Kompas - Sampai sekarang Pemerintah Kota Bandung belum menentukan lokasi tempat pembuangan sampah akhir yang baru, menjelang berakhirnya masa pakai TPA Pasir Impun dan TPA Cicabe di Kecamatan Cicadas. Keterlambatan penentuan lokasi TPA dikhawatirkan akan memacu kembali timbunan sampah di Kota Bandung. Direktur Utama Perusahaan Daerah (PD) Kebersihan Kota Bandung Awan Gumelar, Senin (25/4), mengatakan, pihaknya masih mengkaji lokasi baru TPA. Ia mengatakan terdapat beberapa lokasi yang dimungkinkan untuk TPA. Namun, Awan menolak menyebutkan lokasi-lokasi TPA yang dimaksud. "TPA yang baru nantinya kan darurat. Kami belum menentukan lokasi TPA yang permanen, karena itu perlu kajian yang lama. Sementara ini, diupayakan dulu TPA yang darurat untuk mengatasi sampah," kata Awan. Awan mengakui, persiapan prasarana dan infrastruktur TPA yang baru belum dilakukan. "Pokoknya cari TPA yang mudah saja, mudah ditempati. Ini kan darurat," ujarnya. Masa pakai TPA Pasir Cicabe dijadwalkan selesai pada akhir April 2005. Sementara itu, masa pakai TPA Pasir Impun berakhir tanggal 8 Mei 2005. TPA Pasir Impun menampung sekitar 500 meter kubik sampah per hari, sedangkan TPA Cicabe menampung 1.500 meter kubik sampah per hari. Apabila masa pakai dua TPA itu berakhir, hanya tinggal satu TPA, yaitu Jelekong di Kecamatan Baleendah, Kabupaten Bandung. Lokasi ini ditargetkan menampung sekitar 2.000 meter kubik sampah per hari. Sementara itu, volume sampah di Kota Bandung mencapai 7.500 meter kubik sampah per hari. Perihal mekanisme pembuangan sampah pascaberakhirnya penggunaan TPA Pasir Impun dan Cicabe, Awan menyatakan, TPA Jelekong kemungkinan akan digunakan untuk menampung sampah sampai ditentukan lokasi TPA yang baru. "TPA Jelekong saja memang tidak cukup untuk menampung sampah. Tapi bagaimana lagi?" katanya. Anggota Dewan Pakar Dewan Pemerhati Kehutanan dan Lingkungan Tatar Sunda, Sobirin, mengkhawatirkan, setelah peringatan Konferensi Asia- Afrika (KAA), sampah kembali menumpuk di Kota Bandung. Sobirin mendesak agar Pemkot Bandung segera menentukan dan menyiapkan lokasi TPA yang permanen. Jika sampah menumpuk kembali di Kota Bandung, dikhawatirkan muncul pemberontakan. "Jangan menunggu masyarakat protes dan berontak. Pemerintah harus menjelaskan lokasi TPA yang akan dipakai," kata Sobirin. Awan mengatakan, persiapan lokasi TPA yang baru membutuhkan proses. Saat ini Pemkot Bandung tengah mengkaji pembebasan lahan. Hingga saat ini truk pengangkutan sampah yang tersedia di Kota Bandung sebanyak 163 truk dengan kapasitas 1.630 meter kubik sampah untuk menangani volume sampah yang tiap hari bertambah sekitar 7.500 meter kubik. Dana sebesar Rp 1,1 miliar telah dikucurkan oleh sejumlah pengusaha yang ingin membantu penanganan sampah di Kota Bandung. Sumbangan ini kemudian diserahkan untuk dikelola oleh tim delapan. Tim itu terdiri dari kalangan pengusaha dan perbankan, yaitu Istana Group, Bank Jabar, Kantor Daerah Telekomunikasi (Kandatel) PT Telkom Bandung, Bank NISP, Fujitex, Ateja, dan Real Estat Indonesia (REI). Pembuangan sampah ke TPA Pasir Impun dan Cicabe hingga saat ini telah melebihi kapasitas normal. Pembuangan sampah ke TPA Pasir Impun 195 rit, sedangkan kapasitas normal hanya 50 rit. Sementara pembuangan ke TPA Cicabe 160 rit, padahal kapasitas normalnya 150 rit. Petugas Pelaksana TPA Cicabe, Jemarun, mengatakan, pembuangan sampah ke TPA Cicabe berlangsung pukul 06.00-23.00. (lkt) Post Date : 26 April 2005 |