|
YOGYAKARTA, KOMPAS - Pemerintah Kota Yogyakarta berencana memasang alat instalasi penyulingan air siap minum di beberapa lokasi wisata dalam waktu dekat. Dengan demikian, Kota Yogyakarta sebagai tujuan pariwisata pun akan semakin menarik untuk dikunjungi. Salah satu lokasi wisata yang dimaksud adalah Taman Pintar di tahun 2008. Untuk lokasi wisata yang lain masih akan dipikirkan kemudian karena gagasan penyediaan instalasi penyulingan air ini masih dalam tahap uji coba. "Sebisa mungkin lokasi yang memiliki alat instalasi ini adalah lokasi yang dijadikan pusat warga beraktivitas sehingga fungsi alat bisa berjalan optimal," kata Wali Kota Yogyakarta Herry Zudianto, Rabu (1/8). Untuk saat ini, alat instalasi penyulingan air siap minum itu baru ada satu buah dan dimiliki oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Marta, Yogyakarta. Kapasitas produksi alat instalasi berkisar dua sampai tiga meter kubik air siap minum per hari. Namun, seperti dijelaskan Direktur Utama PDAM Tirta Marta Dachron Saleh, penyediaan alat instalasi ini masih bersifat proyek percontohan. Saleh mengaku masih perlu waktu untuk meneliti dan mengevaluasi kinerja alat sebelum diaplikasikan di tempat-tempat lain. Sudah standar Dari segi kualitas, Saleh menjamin bahwa air siap minum yang diproduksi alat instalasi penyulingan ini sudah memenuhi standar Peraturan Menteri Kesehatan No 907/2002 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum. Bahkan, pada beberapa parameter, air siap minum ini sudah di atas standar. Selain tidak berbau dan tidak berasa, air siap minum memiliki kandungan besi (Fe) dan mangan (Mn) nol miligram (mg) per liter, lebih kecil dari ketentuan air minum sebesar 0,3 mg dan 0,1 mg per liter. Untuk derajat keasaman, air siap minum memiliki pH netral, yakni 7,2 dengan tingkat kekeruhan 1,3 Nephelometric Turbicity Units (NTU), serta tingkat warna kurang dari 5,0 True Colour Units (TCU). Selain evaluasi terhadap kualitas dan kuantitas produksi, Saleh juga mengatakan perlu dilakukan analisis ekonomi yang cermat sebelum memasang alat instalasi penyulingan air minum. Penyediaan sebuah alat instalasi berikut pipa baja diperkirakan menelan biaya sekitar Rp 100 juta lebih. "Untuk lokasi-lokasi wisata, mungkin biaya ini masih bisa ditanggung keuangan daerah, namun ketika dipasang di lokasi permukiman warga, atau kawasan perkantoran, perlu ada hitung-hitungan lebih lanjut agar kami tidak merugi. Bagaimanapun, Tirta Marta harus tetap menghasilkan keuntungan," ujar Saleh. Mengenai sumber air siap minum itu, Saleh mengatakan sudah mempersiapkannya. Beberapa sumber air yang bisa dipakai adalah sumur dalam di Pengok, Gondokusuman, atau di Miliran yang kapasitas debit airnya mencapai 40 liter per detik. Selain untuk air minum, kedua sumber air itu juga akan dipakai untuk meningkatkan tingkat pelayanan air bersih bagi penduduk Kota Yogyakarta. Selama 38 tahun beroperasi, PDAM Tirta Marta baru bisa melayani 39,85 persen dari jumlah penduduk. Diharapkan, pada tahun 2015 jumlah ini bisa naik hingga mencapai 80 persen. Sementara itu, Herry mengatakan bahwa kinerja PDAM Tirta Marta sudah cukup baik. Selain dukungan dari aspek penyediaan air bersih, keberadaan PDAM juga telah menyumbang pendapatan asli daerah bagi Pemerintah Kota Yogyakarta. (YOP) Post Date : 02 Agustus 2007 |