|
Magelang, Kompas - Pemerintah Kabupaten Magelang menyiapkan 360 tangki air bersih untuk mengantisipasi bencana kekeringan. Penyaluran air bersih itu selama Juli-Oktober. Bahkan, jika kemarau lebih lama, mereka mengajukan tambahan 540 tangki air bersih yang masing-masing berkapasitas 5.000 liter kepada Pemerintah Provinsi Jawa Tengah. Kepala Seksi Perlindungan Masyarakat Kantor Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat Kabupaten Magelang Heri Prawoto, Senin (2/6), mengatakan, jumlah tangki air tergantung situasi di lapangan. Ada 11 desa di delapan kecamatan yang rawan kekeringan. Daerah paling rawan dengan kerawanan tingkat tinggi kekeringan adalah Desa Kenalan dan Sambeng di Kecamatan Borobudur, Desa Wonogiri dan Kwaderan di Kecamatan Kajoran, serta Desa Margoyoso dan Sriwedari di Kecamatan Salaman. Desa Sriwedari baru sekarang menjadi daerah berpotensi kekeringan tingkat tinggi. Jika kemarau berlangsung hingga Oktober, bantuan air hanya untuk enam desa itu saja dan setiap desa kebagian satu tangki air. Jika terjadi kemarau panjang, lima desa lainnya mendapat bantuan air. Lima desa itu meliputi Desa Sudimoro di Kecamatan Srumbung, Desa Pasuruhan di Kecamatan Mertoyudan, Desa Purwosari di Kecamatan Tegalrejo, dan Desa Selomirah di Kecamatan Ngablak. Selain droping air, Pemkab Magelang membangun bak penampungan air di Desa Wonogiri dan Kwaderan. Tiap desa mendapat bantuan Rp 2,5 juta. Kendati sudah memasuki musim kemarau, Heri mengatakan, belum ada desa yang melaporkan kesulitan air bersih. Kepala Dusun Wonosari, Desa Candirejo, Rokidin mengatakan, desanya mulai kekurangan air bersih karena dari empat sumber air hanya satu yang masih berair. Kepala Subbidang Pemeliharaan dan Eksploitasi Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air Jateng Agus Purwadi di Kota Semarang mengatakan, 21 waduk di Jateng memiliki persediaan air di atas normal. Dua waduk kecil, Waduk Parangjoho, Kabupaten Wonogiri, dan Waduk Brambang, Kabupaten Sragen, sedang kering. (EGI/A08) Post Date : 05 Juni 2008 |