|
KARANGANYAR- Pemkab Karanganyar diminta segera membuat sumur artesis atau sumur dalam guna mengatasi ancaman krisis air yang tersebar di 25 desa di delapan kecamatan. Sebab, ujar Sekretaris Komisi D, Romdloni, jika hanya mengandalkan pasokan air dari tangki-tangki PDAM, biaya sangat tinggi dan masyarakat belum memperoleh pasokan air bersih yang memadai. "Sebaiknya, Pemkab berupaya membangun sumur artesis atau sumur bawah tanah di desa-desa yang mengalami krisis air bersih. Air merupakan barang habis konsumsi," ungkapnya, kemarin. Seperti diwartakan, 109.400 warga yang tersebar di 25 desa di delapan kecamatan terancam terkena krisis air bersih. Dari pendataan yang dilakukan tim Satuan Pelaksana Penanggulangan Bencana dan Pengungsi, dari kedelapan kecamatan itu, dua di antaranya mengalami krisis air bersih beberapa bulan terakhir (SM, 31/8). Menurut Romdloni, harga setiap tangki air bersih mencapai Rp 100.000. Padahal, untuk mengatasi krisis air yang sudah terjadi di 15 desa yang tersebar di Kecamatan Gondangrejo dan Mojogedang, setiap hari diperlukan paling sedikit empat tangki air. Padahal, krisis air bersih tersebut minimal terjadi dua atau tiga bulan pada musim kemarau. "Itu belum kalau pada Oktober atau November mendatang, desa yang mengalami krisis air bersih bertambah. Dari temuan Tim Satlak PBP yang hanya 15 desa maka biaya kian membengkak," ujarnya. Lima Desa Romdloni mengungkapkan, hasil pertemuan Komisi D dengan instansi terkait beberapa waktu lalu, dalam APBD 2005 telah dialokasikan dana untuk membangun lima sumur artesis di empat desa di Kecamatan Gondangrejo. Yakni Selokaton, Bulurejo, Jatikuwung serta Wonosari dan Desa Kaliboto, Kecamatan Gondangrejo. Pada kelima desa tersebut, masih memungkinkan untuk dibuat sumur dalam karena ketinggian wilayah itu memadai untuk dibor dan diambil air bawah tanahnya. Untuk setiap titik, Pemkab mengalokasikan Rp 75 juta guna membuat sumur dalam yang nantinya memasok kebutuhan masyarakat, terutama untuk konsumsi sehari-hari. "Kalau sekarang sudah dimulai, paling lama sebulan lagi sumur tersebut selesai. Selain masyarakat tidak lagi kekurangan air bersih, alokasi dana lebih efisien," tuturnya. Selain upaya pembuatan sumur artesis, Romdloni juga meminta Pemkab kembali menggiatkan kegiatan pelestarian sumber daya air. Misalnya, menghijaukan kembali daerah di bagian timur Gunung Lawu yang gundul. Wilayah itu selama ini menjadi tandon air hujan. Namun akibat gundul, penyerapan air tidak bisa dilakukan secara maksimal. (G18-16s) Post Date : 01 September 2005 |