|
TEMANGGUNG - Sumur resapan air yang ditujukan untuk meningkatkan debit dan sumber mata air di daerah pegunungan akan dibangun oleh Pemkab Temanggung di rumah-rumah penduduk. Jumlah sumur yang dibangun direncanakan sebanyak 20 unit, yang tersebar di empat kecamatan, yakni Kecamatan Selopampang, Bulu, Tembarak, dan Tretep. ''Idealnya, setiap rumah penduduk di daerah pegunungan ada sumur resapannya, sehingga persediaan air dapat tetap terjaga,'' kata Kepala Bidang Konservasi Sumber Daya Alam (KSDA), Dinas Perkebunan Kehutanan dan KSDA, Kabupaten Temanggung, Supriyadi, baru-baru ini. Sumur resapan tersebut, sambung dia, bentuknya menyerupai septicktank, yang berkedalaman sekitar tiga meter, kemudian dasar sumur tersebut diberi bahan resapan berupa ijuk. Sebelum masuk ke sumur resapan, air yang mengalir dari talang tadah air dari rumah penduduk akan ditampung terlebih dahulu di bak penampungan ukuran kecil. Upaya peningkatan debit air itu terutama untuk menjaga agar saat musim kemarau tiba, daerah-daerah bawah yang sumber airnya mengambil dari pegunungan tidak kekurangan lagi. Selain itu, sumur tersebut bermanfaat pula untuk mengurangi kecepatan air yang turun ke permukaan tanah bila terjadi hujan deras. ''Karena ditampung dulu di bak, maka derasnya air yang mungkin dapat menimbulkan erosi atau banjir dapat dikurangi,'' tuturnya. Di samping pembangunan sumur resapan, pada APBD 2006 ini dinasnya juga menganggarkan pembangunan kaptering. Kaptering tersebut bentuknya semacam kolam penampungan untuk menampung air yang berasal dari sumber di dekatnya. Di samping untuk melindungi sumber mata air, air yang ditampung itu juga dapat dialirkan ke lahan pertanian guna memenuhi kebutuhan air lahan tersebut. ''Kaptering akan dibangun sejumlah empat unit di empat kecamatan,'' ujarnya. Dibangun Terjunan Sementara itu, di beberapa alur-alur aliran air yang kondisinya tidak rata di daerah persawahan akan dibangunkan terjunan (gully plug). Terjunan yang terbuat dari batu, semen, dan pasir itu dimaksudkan sebagai tanggul untuk menahan larutnya lumpur terhadap tanah yang posisinya miring, sehingga tidak terjadi erosi. Proyek itu akan dibangun sebanyak enam unit dan berlokasi di tiga kecamatan. Adapun biaya pembangunan semua infrastruktur yang merupakan program kegiatan konservasi tanah dan air itu direncanakan sebesar Rp 159,5 juta. Sementara itu, pelaksanaan pembangunannya diperkirakan setelah dana APBD II tahun 2006 cair, sekitar Juni mendatang. ''Pembangunan tersebut merupakan usulan dari para kelompok tani. Karena itu, nantinya kalau sudah terbangun, yang mengelola juga mereka sendiri,'' tandasnya. (hsf-36h) Post Date : 14 Maret 2006 |