|
Malang, Kompas - Pengelolaan sampah berbasis komunitas seperti bank sampah semakin menarik. Dengan demikian, beban sampah di tempat pembuangan akhir makin berkurang, dari 1.366,9 ton per bulan menjadi 755,6 ton per bulan. Namun, beban sampah di tempat pembuangan akhir secara nasional di 28 kota besar masih 450.000 ton per bulan. Menteri Lingkungan Hidup Balthasar Kambuaya, Jumat (2/11), mengatakan, tahun 2012 merupakan momentum keberhasilan bank sampah. Melalui bank sampah, konsep pengelolaan sampah secara reduce, reuse, dan recycle (3R) diterapkan. ”Jumlah kota yang mengembangkan bank sampah meningkat dari 22 kota menjadi 41 kota. Jumlah unit bertambah dari 471 menjadi 585 unit. Transaksi di bank sampah meningkat dari Rp 1,6 miliar per bulan menjadi Rp 1,8 miliar per bulan,” katanya dalam Rapat Kerja Nasional Bank Sampah di Kota Malang, Jawa Timur. Diakuinya, angka ini masih kecil dibandingkan timbunan sampah yang kian meningkat. Namun, kondisi ini harus dianggap sebagai potensi untuk mengembangkan usaha. Di sisi lain, pemerintah melalui penerapan extended producer responsibility (EPR) dalam Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 2012 mendorong posisi bank sampah semakin strategis. EPR mewajibkan produsen penghasil kemasan sampah yang tak terurai mengumpulkan lagi kemasan. Bank sampah bisa menjadi pengumpul sampah ini. Dalam rapat kerja terungkap bank sampah makin kreatif. Salah satunya, Bank Sampah Malang (BSM) bekerja sama dengan PLN dan BNI. PLN membuka loket pembayaran listrik melalui payment point online bank. Masyarakat bisa membayar listrik melalui sampah yang disetor. Wali Kota Malang Peni Suparto mengatakan, program bank sampah menolong perekonomian masyarakat. Sejak tahun pertama beroperasi, perputaran uang mencapai Rp 500 juta dengan 19.000 nasabah. Sampah yang dikumpulkan mencapai 1 ton per hari. (ICH) Post Date : 04 November 2012 |